Monday, 21 March 2016

SORE INI... eps. 1

            Sore ini. Dikala semesta mulai meredupkan cahayanya. Aku menunggu. Sendiri termenung di kursi taman ini. Ya, kursi ini. Tempat dimana semua berawal dan mungkin menjadi tempat semua akan berakhir.
            1 tahun yang lalu
            “Dik, bangun dik! Heii!!” terdengar samar suara laki-laki yang membangunkanku. Aku kemudian mencoba membuka mata perlahan kemudian terperanjat melihat sekeliling. Mengapa aku ada di sini?
“Kenapa kamu tidur di sini? nanti dimarahi petugas hlo!” tegur laki-laki yang kulihat dia nampaknya masih muda dan dengan kemeja rapi serta sepatu mengkilatnya aku bisa menebak kalau dia adalah orang kaya, setidaknya lebih berkecukupan pikirku.
            Kepalaku masih terasa pusing. Kemudian aku mencoba perlahan-lahan mengingat. Kembali mengingat. Lama aku mencoba dan akhirnya aku ingat semuanya. Aku ingat malam itu. Akupun mulai menangis dan takut. Entah mengapa perasaan takut dan gundah kini mulai meresap kedalam pikiranku.
“Ada apa dik? Jangan takut, aku bukan orang jahat. Aku ingin menolongmu.” Terlihat dari tatapan matanya. Mungkin benar dia orang baik-baik. Tak seperti kerumunan laki-laki tadi malam. Ahh aku kembali mengingatnya. Tangisanku semakin membuncah.
            “Mari ikut aku!” Dia membawaku ke mobilnya. Mungkin dia tak merasa enak melihat pakainku yang sobek-sobek dan  terlihat mencuri perhatian kaum lelaki bernafsu tinggi seperti yang kujumpai tadi malam. Aku menurut karena aku bingung, takut dan tak tahu harus berbuat apa. Dia kemudian menutup tubuhku dengan jaketnya yang ditinggal di dalam mobilnya dan segera membawaku ke rumah sakit.
Dari dokter yang memeriksaku, dia tahu bahwa aku baru saja menjadi korban rudapaksa kaum lelaki tak bertanggung jawab. Dia sangat kaget. Tetapi, dia kemudian masuk ke ruanganku dan memberikan senyuman kepadaku.
            “Kenalkan aku Reno. Kamu siapa?” tanya dia singkat.
            “Diana” jawabku juga singkat dan samar.
            Kemudian dia bertanya dimana keluargaku dan rumahku. Aku menjelaskan bahwa aku pendatang baru di kota ini. Baru tiga bulan aku merantau di kota ini. aku berasal dari kampung. Jauh. Dan mulai hari ini mungkin aku tidak berani kembali pulang ke kampung dengan keadaan seperti ini. Aku juga mendapat pesan singkat dari bosku bahwa aku dipecat karena bolos kerja tadi malam. Sungguh mengerikan hidup di kota. Malang sekali aku.
Dia paham dengan keadaanku. Kemudian di menawariku bekerja sebagai pembantu di rumahnya.
            “Sungguh? Aku mungkin setelah ini akan hamil. Bekerja denganmu mungkin hanya akan membuatmu repot. Terimakasih untuk semua bantuannya dan mungkin cukup sampai disini saja.” Aku  merasa dia terlalu baik dengan orang yang baru dia kenal. Apalagi aku belum mengenalnya lebih dalam.
            “Tidak apa-apa diana. Aku akan membantumu.” Dia kembali tersenyum begitu manis dihadapanku.
            “Mengapa kamu begitu ingin membantuku?” tanyaku penasaran.
            “anti akan aku jelaskan, namun satu hal harus kamu tahu bahwa aku benar-benar tulus ingin membantumu Diana.” Kata-katanya yang begitu lembut dan terdengar tulus membuatku tak bisa menolak permintaannya. Aku juga suka dengan senyum manisnya. Begitu menyejukkan hati.
            Mulai hari itu aku tinggal dirumahnya yang tidak terlalu besar namun cukup mewah. Terlihat dari segala perabotan dan tata ruang yang modern. Juga bentuk rumah yang begitu menjadi idaman masa kini. Ini rumah baru pikirku.
            “Apakah kamu sudah membicarakan hal ini dengan istrimu?” tanyaku saat kami mulai melangkah menuju pintu rumah. Dia kemudian berhenti dan menatapku.
            “Aku belum beristri Diana. Aku masih sendiri. Untuk itulah aku perlu bantuanmu untuk merawat rumah baruku ini. Setahuku gadis kampung lebih giat dan rajin bekerja dibanding orang kota. Hehehe.” Jawabannya membuatku sedikit tersipu.
            Dia kemudian menjelaskan panjang bahwa dia adalah manajer termuda di perusahaannya dengan bayaran yang begitu mentereng. Dia tak mau menjawab mengapa dia tidak mempunyai istri atau setidaknya pacar dengan keadaannya yang cukup mapan ini.
             Jam berganti hari, hari berganti bulan, dan sudah hampir sembilan bulan aku tinggal di rumah Reno. Dia sangat baik. Begitu pula aku memperlakukannya sebagai majikan dengan baik. Dia terkadang membantuku mengurus urusan rumah mengingat keadaanku. Dia juga sering mengajakku berjalan-jalan tiap akhir pekan. Dari situ timbulah rasa cinta diantara aku dan Reno. Akhirnya setelah anakku lahir. Reno menikahiku.

            Kupikir setelah menikah hidupku akan menjadi lebih indah. Namun ternyata..

to be continued...

1 comments:

Unknown
21 March 2016 at 07:54

baper bos hehehe

Post a Comment