SORE INI... eps. 1
Sore ini. Dikala semesta mulai
meredupkan cahayanya. Aku menunggu. Sendiri termenung di kursi taman ini. Ya,
kursi ini. Tempat dimana semua berawal dan mungkin menjadi tempat semua akan
berakhir.
1
tahun yang lalu
“Dik,
bangun dik! Heii!!” terdengar samar suara laki-laki yang membangunkanku. Aku
kemudian mencoba membuka mata perlahan kemudian terperanjat melihat sekeliling.
Mengapa aku ada di sini?
“Kenapa kamu tidur di sini? nanti dimarahi
petugas hlo!” tegur laki-laki yang kulihat dia nampaknya masih muda dan dengan
kemeja rapi serta sepatu mengkilatnya aku bisa menebak kalau dia adalah orang
kaya, setidaknya lebih berkecukupan pikirku.
Kepalaku
masih terasa pusing. Kemudian aku mencoba perlahan-lahan mengingat. Kembali
mengingat. Lama aku mencoba dan akhirnya aku ingat semuanya. Aku ingat malam itu.
Akupun mulai menangis dan takut. Entah mengapa perasaan takut dan gundah kini
mulai meresap kedalam pikiranku.
“Ada apa
dik? Jangan takut, aku bukan orang jahat. Aku ingin menolongmu.” Terlihat dari
tatapan matanya. Mungkin benar dia orang baik-baik. Tak seperti kerumunan
laki-laki tadi malam. Ahh aku kembali mengingatnya. Tangisanku semakin
membuncah.
“Mari
ikut aku!” Dia membawaku ke mobilnya. Mungkin dia tak merasa enak melihat
pakainku yang sobek-sobek dan terlihat
mencuri perhatian kaum lelaki bernafsu tinggi seperti yang kujumpai tadi malam.
Aku menurut karena aku bingung, takut dan tak tahu harus berbuat apa. Dia
kemudian menutup tubuhku dengan jaketnya yang ditinggal di dalam mobilnya dan
segera membawaku ke rumah sakit.
Dari dokter
yang memeriksaku, dia tahu bahwa aku baru saja menjadi korban rudapaksa kaum
lelaki tak bertanggung jawab. Dia sangat kaget. Tetapi, dia kemudian masuk ke
ruanganku dan memberikan senyuman kepadaku.
“Kenalkan
aku Reno. Kamu siapa?” tanya dia singkat.
“Diana”
jawabku juga singkat dan samar.
Kemudian
dia bertanya dimana keluargaku dan rumahku. Aku menjelaskan bahwa aku pendatang
baru di kota ini. Baru tiga bulan aku merantau di kota ini. aku berasal dari
kampung. Jauh. Dan mulai hari ini mungkin aku tidak berani kembali pulang ke
kampung dengan keadaan seperti ini. Aku juga mendapat pesan singkat dari bosku
bahwa aku dipecat karena bolos kerja tadi malam. Sungguh mengerikan hidup di
kota. Malang sekali aku.
Dia paham
dengan keadaanku. Kemudian di menawariku bekerja sebagai pembantu di rumahnya.
“Sungguh?
Aku mungkin setelah ini akan hamil. Bekerja denganmu mungkin hanya akan
membuatmu repot. Terimakasih untuk semua bantuannya dan mungkin cukup sampai
disini saja.” Aku merasa dia terlalu
baik dengan orang yang baru dia kenal. Apalagi aku belum mengenalnya lebih
dalam.
“Tidak
apa-apa diana. Aku akan membantumu.” Dia kembali tersenyum begitu manis
dihadapanku.
“Mengapa
kamu begitu ingin membantuku?” tanyaku penasaran.
“anti
akan aku jelaskan, namun satu hal harus kamu tahu bahwa aku benar-benar tulus
ingin membantumu Diana.” Kata-katanya yang begitu lembut dan terdengar tulus
membuatku tak bisa menolak permintaannya. Aku juga suka dengan senyum manisnya.
Begitu menyejukkan hati.
Mulai
hari itu aku tinggal dirumahnya yang tidak terlalu besar namun cukup mewah.
Terlihat dari segala perabotan dan tata ruang yang modern. Juga bentuk rumah
yang begitu menjadi idaman masa kini. Ini rumah baru pikirku.
“Apakah
kamu sudah membicarakan hal ini dengan istrimu?” tanyaku saat kami mulai
melangkah menuju pintu rumah. Dia kemudian berhenti dan menatapku.
“Aku
belum beristri Diana. Aku masih sendiri. Untuk itulah aku perlu bantuanmu untuk
merawat rumah baruku ini. Setahuku gadis kampung lebih giat dan rajin bekerja
dibanding orang kota. Hehehe.” Jawabannya membuatku sedikit tersipu.
Dia
kemudian menjelaskan panjang bahwa dia adalah manajer termuda di perusahaannya
dengan bayaran yang begitu mentereng. Dia tak mau menjawab mengapa dia tidak
mempunyai istri atau setidaknya pacar dengan keadaannya yang cukup mapan ini.
Jam berganti hari, hari berganti bulan, dan
sudah hampir sembilan bulan aku tinggal di rumah Reno. Dia sangat baik. Begitu
pula aku memperlakukannya sebagai majikan dengan baik. Dia terkadang membantuku
mengurus urusan rumah mengingat keadaanku. Dia juga sering mengajakku
berjalan-jalan tiap akhir pekan. Dari situ timbulah rasa cinta diantara aku dan
Reno. Akhirnya setelah anakku lahir. Reno menikahiku.
Kupikir
setelah menikah hidupku akan menjadi lebih indah. Namun ternyata..
to be continued...
1 comments:
baper bos hehehe
Post a Comment