Monday, 31 August 2015

ANDAI WAKTU BERPUTAR KEMBALI full eps


“Hai putih abu-abu!!” senyum Vera merekah di depan kaca kamarnya. Dia sangat mengidolakan seragam yang dipakainya sekarang. Seragam sekolah SMA. Sudah lama ia menanti masa ini. Gadis polos nun cantik ini akhirnya berhasil merasakan duduk di bangku salah satu SMA di Kota Bogor. Walaupun orang tua Vera tidak menyekolahkannya di sekolah favorit. Dia tetap bisa tersenyum lebar karena di masa inilah orang tua Vera mengijinkan anaknya lebih bebas memilih dunianya. Lagipula, orangtua Vera kini juga semakin sibuk degan urusan bisnis masing-masing.
Sampai di ruang kelas yang baru, Vera diam dan bingung. Teman-teman akrabnya sekarang bersekolah di sekolah favorit di Kota Bogor. Dia tidak punya teman. Akhirnya, dia melihat Noni masuk ke kelasnya. Teman satu sekolahnya saat SMP. Noni adalah cewek paling nakal dulu waktu SMP. Vera tidak begitu dekat dengannya.
“Ehh Vera, Lo sekolah sini juga? Kok nggak ikut temen-temen lo yang sekolah di SMA 1 Bogor?” tanya Noni yang tiba-tiba lari menghampiri Vera dan duduk di sebelahnya.
“Enggak, Non! Aku disuruh mamahku sekolah sini. Yaa aku nurut aja hehe!” Jelas Vera dengan menampakkan senyum cantiknya yang membuat Noni selalu iri sejak SMP.
“Yaudah tenang aja. Di sini gue mau kok temenan sama lo. Nanti gue kenalin sama temen-temen gila gue yang lain hehe!”

Vera akhirnya lega dia mendapat teman ngobrol di sekolah. Tapi dia juga sedikit khawatir berteman dengan Noni. Apakah akan berakibat baik atau buruk untuk kedepannya. Dia tahu persis kebiasaan Noni dan teman-temannya di sekolah. Bolos, urakan, suka bikin ulah semua sudah pernah dilakukan Noni dan gengnya. Namun Vera mencoba tidak menghiraukan hal tersebut. Yang penting berteman dengan Noni, dia bisa aman dari jajahan kakak kelas yang sama nakalnya.
Setahun berlalu. Vera semakin terbiasa dengan hal-hal gila yang dilakukannya bersama geng Noni. Vera tidak tahu apakah ini baik atau buruk. Tapi dia suka melakukannya. Orangtua Vera juga tidak pernah menghiraukannya, Dengan kebebasan yang diberikan orang tuanya, gadis polos ini sekarang sudah berubah menjadi gadis yang cenderung urakan.
Hal baru yang Vera dapat saat kelas 11 adalah “JATUH CINTA”. Lebih tepatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Adalah Eno, cowok keren yang duduk di kelas 12. Eno adalah cowok yang sama urakannya dengan Noni. Dia dan gengnya adalah kelompok yang paling ditakuti di sekolah.
Vera pertama kali bertemu dengan Eno di kantin sekolah. Saat itu, Eno sedang mengerjai anak kelas 10 yang sok jagoan. Anak itu melawan. Eno lalu mencoba memukul siswa baru kelas 10 tersebut. Tetapi siswa itu menghindari dan pukulan keras Eno malah mendarat persis di pipi sebelah kanan Vera. Vera sontak terjatuh dan pingsan. Dengan sigap Eno membawa gadis tersebut ke UKS sekolah sebelum suasana semakin riuh dan guru BK datang.
Beberapa menit kemudian, Vera sadar dan perlahan membuka matanya. Serasa kepalanya masih berat dan pandangannya kabur. Perlahan terlihat sesosok cowok yang telah dari tadi menunggu disebelahnya.
“Sudah sadar? Tetep buat tidur aja dulu! Masih pusing kan?” Ujar Eno yang daritadi cemas menunggu Vera. Dia sangat tidak enak hati pada Vera. Untuk itu dia menunggu Vera sampai sadar dan berniat untuk meminta maaf padanya.
“Kok gue bisa ada di sini?” tanya Vera yang baru saja tersadar dan bingung dengan keadaannya sekarang.
“Coba ingat-ingat lagi tadi lo tadi ngapain kok bisa sampai sini?” Tanya Eno.
“Gue inget! Tadi ada cowok yang mukul gue kenceeeng banget terus gue jatuh terus... gue nggak inget lagi.” Vera menjawab perlahan sambil berfikir.
“Gue pingsan ya?” Vera balik bertanya.
“Iya, lo pingsan gegara kena pukulan gue tadi. Untuk itu gue disini, gue mau minta maap banget sama lo. Gue nggak sengaja.” Eno menjelaskan dengan tatapan mata tajamnya dan menampakan senyuman yang membuat hati Vera serasa berdesir kencang. Vera tidak tahu perasaan apa ini. Serasa rasa sakitnya hilang tergantikan oleh senyuman dan wajah tampan Eno yang sedari tadi berada di hadapannya.
“Gimana dimaafin nggak? Kok malah bengong?” Tanya Eno.
“Heii! Kok malah neglamun?” Kata Eno lagi yang kali akhirnya membangunkan Vera dari lamunannya. Dia gugup dan sedikit menyembul warna merah dipipinya. Eno tersenyum lagi.
“Lo masih normal kan? Nggak jadi autis setelah kena pukulan gue kan? Heheh.” Canda Eno.
“Enggaklah! heheh”
“Iya gue maafin deh! Lain kali kasih rem tuh tangan biar kalo mukul meleset nggak kena ke orang lain! heheh” Vera membalas dengan guyonannya.
Mereka berdua kemudian terlibat omong kosong yang panjang di dalam UKS. Nampaknya Vera menemukan sesosok pria yang bener-bener nyambung dengannya selama ini, begitu pula dengan Eno. Dia merasa ada yang lain pada gadis ini yang membuatnya tertarik dan ingin terus berada didekatnya.
Sekitar setengah jam. Akhirnya mereka mengakhiri obrolannya dengan saling bertukar pin BB. Mereka keluar dari pintu UKS bersama-sama dan berpisah di depan kantor guru. Keduanya terlihat senyum-senyum sendiri saat diperjalanan menuju ke kelas masing-masing.
Setelah kejadian tersebut, hubungan Vera dan Eno semakin dekat dan akhirnya mereka berdua pacaran. Berpacaran dengan Eno membuat dunia Vera semakin bebas, dia kini sudah mengenal rokok dan miras gara-gara sering diajak Eno ke klub malam. Hingga pada suatu malam, Vera mabuk berat dan Eno membawanya ke sebuah hotel murah yang sering digunakan sepasang kekasih untuk bercumbu.
Setelah selesai check in di receptionist, Eno langsung menggendong Vera ke kamar nomor 124. Diletakkannya Vera secara perlahan oleh Eno. Vera kemudian setengah terbangun.
“Aduhh pusing banget yang!” eluh Vera.
“Yaudah kamu tidur disini dulu malam ini sama aku.” Jawab Eno dengan santai sambil melepas bajunya. Vera tak begitu menggubris Eno. Dia merasakan badannya sangat lemas.
“Ver! Kamu cantik banget deh malam ini.” ucap Eno yang terdengar samar di telinga Vera. Vera masih dalam keadaan pusing dan tidak sadarkan diri. Dia membiarkan Eno yang perlahan mulai melucuti pakaiannya dan menggerayangi tubuhnya.
Pagi itu Vera terbangun dan mendapati dirinya dalam keadaan telanjang di dalam kamar hotel sendirian. Terlihat jelas pula dimatanya bercak darah yang mengotori tempat tidurnya. Diapun baru sadar apa yang telah dia lakukan bersama Eno tadi malam. Dia kemudian menangis.
“Eno! Eno! Kamu dimana?” dia begitu menyesali perbuatannya tersebut. Dia menangis di dalam kamar mandi sambil membasahi seluruh tubuhnya yang sudah dinodai oleh kekasihnya.
Setelah seminggu bolos sekolah karena kejadian tersebut. Vera kembali masuk sekolah dan mencari Eno.
“Apa? Eno keluar dari sekolah?” Vera terkejut.
“Iya Ver! Dia pindah ke Makassar sama bokapnya. Emang nggak bilang sama lo?” Jelas Noni.
“Enggak Non! Terus gimana dengan nasib anak yang ada di kandungan gue nanti?” Vera mulai meneteskan air mata.
“Apa? Anak? Lo tidur sama Eno? Gila kamu Ver. Kenapa ngak cerita sama gue dari kemarin! Kan gue bisa cegah itu bajingan buat kabur.” Noni terlihat sangat kaget mendengar berita dari Vera.
Vera kini semakin bingung. Diapun tidak berani untuk kembali pulang kerumah. Selama satu minggu dia menginap di rumah Noni. Sampai pada suatu hari, orangtua Vera menemukan rumah Noni dan memarahi Vera. Vera menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan akhirnya membuat kedua orangtuanya sangat kaget. Orangtua Vera akhirnya membawa vera pulang dan  membicarakan hal tersebut di rumah.
“Kenapa nak? Kenapa bisa terjadi? Kenapa kamu melakukan itu?” Tanya Ayah Vera bertubi-tubi.
“Maafin Vera yah! Vera salah! Vera bener-bener terjerumus ke jalan yang salah.” Vera kembali meneteskan airmatanya. Ibu Vera pun juga ikut menangis dan tak mampu mengatakan sesuatu.
“Terus sekarang mau bagaimana lagi? Kamu akan hamil tanpa seorang suami? Tanpa ada yang bertanggung jawab?” Tampak diwajah ayah Vera yang begitu kesal dan bingung.
“Vera juga gak tau ayah! Vera juga bingung!” Jelas Vera.
“Yasudahlah! Ini sebenarnya juga salah ayah nak! Ayah dan ibu terlalu membebaskanmu saat SMA. Ayah sama Ibu terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan tanpa pernah memperhatikanmu. Sekarang kamu besarkan anakmu itu. Jangan kamu gugurkan. Kamu keluar saja dari sekolah dan cari pekerjaan!”
Sebuah kehidupan yang sangat sulit akhirnya harus segera ditempuh oleh Vera. Dia harus membesarkan anaknya seorang diri tanpa kehadiran suami dan berhenti bersekolah. Vera yang dua tahun lalu begitu polos dan berprestasi serta sangat membanggakan orangtua, kini hidupnya berubah 180 derajat karena dia salah memilih jalan hidupnya ketika SMA. Namun semua telah terjadi. Andai waktu bisa berputar kembali. Mungkin Vera tidak mau mendapati dirinya menjadi seperti ini.


3 comments:

Unknown
6 September 2015 at 05:02

Ternyata anak blog to

Unknown
6 September 2015 at 05:02

Ternyata anak blog to

Unknown
21 March 2016 at 07:31

hahah iya nadia sekarang udah jarang buka tapi.. hehe

Post a Comment