ANDAI WAKTU BERPUTAR KEMBALI full eps
“Hai putih abu-abu!!” senyum Vera merekah di depan kaca kamarnya. Dia
sangat mengidolakan seragam yang dipakainya sekarang. Seragam sekolah SMA.
Sudah lama ia menanti masa ini. Gadis polos nun cantik ini akhirnya berhasil
merasakan duduk di bangku salah satu SMA di Kota Bogor. Walaupun orang tua Vera
tidak menyekolahkannya di sekolah favorit. Dia tetap bisa tersenyum lebar
karena di masa inilah orang tua Vera mengijinkan anaknya lebih bebas memilih dunianya.
Lagipula, orangtua Vera kini juga semakin sibuk degan urusan bisnis
masing-masing.
Sampai di ruang kelas yang baru, Vera diam dan bingung. Teman-teman
akrabnya sekarang bersekolah di sekolah favorit di Kota Bogor. Dia tidak punya
teman. Akhirnya, dia melihat Noni masuk ke kelasnya. Teman satu sekolahnya saat
SMP. Noni adalah cewek paling nakal dulu waktu SMP. Vera tidak begitu dekat
dengannya.
“Ehh Vera, Lo sekolah sini juga? Kok nggak ikut temen-temen lo yang
sekolah di SMA 1 Bogor?” tanya Noni yang tiba-tiba lari menghampiri Vera dan
duduk di sebelahnya.
“Enggak, Non! Aku disuruh mamahku sekolah sini. Yaa aku nurut aja
hehe!” Jelas Vera dengan menampakkan senyum cantiknya yang membuat Noni selalu
iri sejak SMP.
“Yaudah tenang aja. Di sini gue mau kok temenan sama lo. Nanti gue
kenalin sama temen-temen gila gue yang lain hehe!”
Vera akhirnya lega dia mendapat teman ngobrol di sekolah. Tapi dia
juga sedikit khawatir berteman dengan Noni. Apakah akan berakibat baik atau
buruk untuk kedepannya. Dia tahu persis kebiasaan Noni dan teman-temannya di
sekolah. Bolos, urakan, suka bikin ulah semua sudah pernah dilakukan Noni dan
gengnya. Namun Vera mencoba tidak menghiraukan hal tersebut. Yang penting
berteman dengan Noni, dia bisa aman dari jajahan kakak kelas yang sama
nakalnya.
Setahun berlalu. Vera semakin terbiasa dengan hal-hal gila yang
dilakukannya bersama geng Noni. Vera tidak tahu apakah ini baik atau buruk.
Tapi dia suka melakukannya. Orangtua Vera juga tidak pernah menghiraukannya,
Dengan kebebasan yang diberikan orang tuanya, gadis polos ini sekarang sudah
berubah menjadi gadis yang cenderung urakan.
Hal baru yang Vera dapat saat kelas 11 adalah “JATUH CINTA”. Lebih
tepatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Adalah Eno, cowok keren yang duduk
di kelas 12. Eno adalah cowok yang sama urakannya dengan Noni. Dia dan gengnya
adalah kelompok yang paling ditakuti di sekolah.
Vera pertama kali bertemu dengan Eno di kantin sekolah. Saat itu, Eno
sedang mengerjai anak kelas 10 yang sok jagoan. Anak itu melawan. Eno lalu
mencoba memukul siswa baru kelas 10 tersebut. Tetapi siswa itu menghindari dan
pukulan keras Eno malah mendarat persis di pipi sebelah kanan Vera. Vera sontak
terjatuh dan pingsan. Dengan sigap Eno membawa gadis tersebut ke UKS sekolah
sebelum suasana semakin riuh dan guru BK datang.
Beberapa menit kemudian, Vera sadar dan perlahan membuka matanya.
Serasa kepalanya masih berat dan pandangannya kabur. Perlahan terlihat sesosok
cowok yang telah dari tadi menunggu disebelahnya.
“Sudah sadar? Tetep buat tidur aja dulu! Masih pusing kan?” Ujar Eno
yang daritadi cemas menunggu Vera. Dia sangat tidak enak hati pada Vera. Untuk
itu dia menunggu Vera sampai sadar dan berniat untuk meminta maaf padanya.
“Kok gue bisa ada di sini?” tanya Vera yang baru saja tersadar dan
bingung dengan keadaannya sekarang.
“Coba ingat-ingat lagi tadi lo tadi ngapain kok bisa sampai sini?”
Tanya Eno.
“Gue inget! Tadi ada cowok yang mukul gue kenceeeng banget terus gue
jatuh terus... gue nggak inget lagi.” Vera menjawab perlahan sambil berfikir.
“Gue pingsan ya?” Vera balik bertanya.
“Iya, lo pingsan gegara kena pukulan gue tadi. Untuk itu gue disini,
gue mau minta maap banget sama lo. Gue nggak sengaja.” Eno menjelaskan dengan
tatapan mata tajamnya dan menampakan senyuman yang membuat hati Vera serasa
berdesir kencang. Vera tidak tahu perasaan apa ini. Serasa rasa sakitnya hilang
tergantikan oleh senyuman dan wajah tampan Eno yang sedari tadi berada di
hadapannya.
“Gimana dimaafin nggak? Kok malah bengong?” Tanya Eno.
“Heii! Kok malah neglamun?” Kata Eno lagi yang kali akhirnya
membangunkan Vera dari lamunannya. Dia gugup dan sedikit menyembul warna merah
dipipinya. Eno tersenyum lagi.
“Lo masih normal kan? Nggak jadi autis setelah kena pukulan gue kan?
Heheh.” Canda Eno.
“Enggaklah! heheh”
“Iya gue maafin deh! Lain kali kasih rem tuh tangan biar kalo mukul
meleset nggak kena ke orang lain! heheh” Vera membalas dengan guyonannya.
Mereka berdua kemudian terlibat omong kosong yang panjang di dalam
UKS. Nampaknya Vera menemukan sesosok pria yang bener-bener nyambung dengannya
selama ini, begitu pula dengan Eno. Dia merasa ada yang lain pada gadis ini
yang membuatnya tertarik dan ingin terus berada didekatnya.
Sekitar setengah jam. Akhirnya mereka mengakhiri obrolannya dengan
saling bertukar pin BB. Mereka keluar dari pintu UKS bersama-sama dan berpisah
di depan kantor guru. Keduanya terlihat senyum-senyum sendiri saat diperjalanan
menuju ke kelas masing-masing.
Setelah kejadian tersebut, hubungan Vera dan Eno semakin dekat dan
akhirnya mereka berdua pacaran. Berpacaran dengan Eno membuat dunia Vera
semakin bebas, dia kini sudah mengenal rokok dan miras gara-gara sering diajak
Eno ke klub malam. Hingga pada suatu malam, Vera mabuk berat dan Eno membawanya
ke sebuah hotel murah yang sering digunakan sepasang kekasih untuk bercumbu.
Setelah selesai check in di receptionist, Eno langsung menggendong
Vera ke kamar nomor 124. Diletakkannya Vera secara perlahan oleh Eno. Vera
kemudian setengah terbangun.
“Aduhh pusing banget yang!” eluh Vera.
“Yaudah kamu tidur disini dulu malam ini sama aku.” Jawab Eno dengan
santai sambil melepas bajunya. Vera tak begitu menggubris Eno. Dia merasakan
badannya sangat lemas.
“Ver! Kamu cantik banget deh malam ini.” ucap Eno yang terdengar
samar di telinga Vera. Vera masih dalam keadaan pusing dan tidak sadarkan diri.
Dia membiarkan Eno yang perlahan mulai melucuti pakaiannya dan menggerayangi
tubuhnya.
Pagi itu Vera terbangun dan mendapati dirinya dalam keadaan
telanjang di dalam kamar hotel sendirian. Terlihat jelas pula dimatanya bercak
darah yang mengotori tempat tidurnya. Diapun baru sadar apa yang telah dia
lakukan bersama Eno tadi malam. Dia kemudian menangis.
“Eno! Eno! Kamu dimana?” dia begitu menyesali perbuatannya tersebut.
Dia menangis di dalam kamar mandi sambil membasahi seluruh tubuhnya yang sudah
dinodai oleh kekasihnya.
Setelah seminggu bolos sekolah karena kejadian tersebut. Vera
kembali masuk sekolah dan mencari Eno.
“Apa? Eno keluar dari sekolah?” Vera terkejut.
“Iya Ver! Dia pindah ke Makassar sama bokapnya. Emang nggak bilang
sama lo?” Jelas Noni.
“Enggak Non! Terus gimana dengan nasib anak yang ada di kandungan
gue nanti?” Vera mulai meneteskan air mata.
“Apa? Anak? Lo tidur sama Eno? Gila kamu Ver. Kenapa ngak cerita
sama gue dari kemarin! Kan gue bisa cegah itu bajingan buat kabur.” Noni
terlihat sangat kaget mendengar berita dari Vera.
Vera kini semakin bingung. Diapun tidak berani untuk kembali pulang
kerumah. Selama satu minggu dia menginap di rumah Noni. Sampai pada suatu hari,
orangtua Vera menemukan rumah Noni dan memarahi Vera. Vera menjelaskan apa yang
sebenarnya terjadi dan akhirnya membuat kedua orangtuanya sangat kaget. Orangtua
Vera akhirnya membawa vera pulang dan membicarakan hal tersebut di rumah.
“Kenapa nak? Kenapa bisa terjadi? Kenapa kamu melakukan itu?” Tanya
Ayah Vera bertubi-tubi.
“Maafin Vera yah! Vera salah! Vera bener-bener terjerumus ke jalan
yang salah.” Vera kembali meneteskan airmatanya. Ibu Vera pun juga ikut
menangis dan tak mampu mengatakan sesuatu.
“Terus sekarang mau bagaimana lagi? Kamu akan hamil tanpa seorang
suami? Tanpa ada yang bertanggung jawab?” Tampak diwajah ayah Vera yang begitu
kesal dan bingung.
“Vera juga gak tau ayah! Vera juga bingung!” Jelas Vera.
“Yasudahlah! Ini sebenarnya juga salah ayah nak! Ayah dan ibu
terlalu membebaskanmu saat SMA. Ayah sama Ibu terlalu sibuk dengan urusan
pekerjaan tanpa pernah memperhatikanmu. Sekarang kamu besarkan anakmu itu.
Jangan kamu gugurkan. Kamu keluar saja dari sekolah dan cari pekerjaan!”
Sebuah kehidupan yang sangat sulit akhirnya harus segera ditempuh
oleh Vera. Dia harus membesarkan anaknya seorang diri tanpa kehadiran suami dan
berhenti bersekolah. Vera yang dua tahun lalu begitu polos dan berprestasi
serta sangat membanggakan orangtua, kini hidupnya berubah 180 derajat karena
dia salah memilih jalan hidupnya ketika SMA. Namun semua telah terjadi. Andai
waktu bisa berputar kembali. Mungkin Vera tidak mau mendapati dirinya menjadi
seperti ini.
3 comments:
Ternyata anak blog to
Ternyata anak blog to
hahah iya nadia sekarang udah jarang buka tapi.. hehe
Post a Comment