Materi Limbah SMK
- Saiful Rohman (29)
- Agusti Hariyanto (3)
Kelas :
XI TKR II
“Tugas Akhir Mapel Ilmu Pengetahuan Alam Tentang
Limbah”
LIMBAH
A. Pengertian limbah
Berdasarkan PPNo.
18/1999 Jo.PP 85/1999 Limbah didefinisikan sebagai
sisa/buangan dari suatu usaha dan atau kegiatan manusia.
Hampir semua kegiatan
manusia akan menghasilkan limbah. Limbah tersebut sering kali dibuang ke
lingkungan, sementara jumlah limbah yang dihasilkan terus meningkat seiring
dengan pertambahan penduduk dan kemajuan teknologi serta perekonomian. Ketika
mencapai jumlah atau konsentrasi tertentu,limbah yang dibuang kelingkungan
dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
B. Pengertian Baku Mutu Lingkungan
UU RI No. 23 tahun
1997 tentang pengelolaan lingkungn hidup mendefinisikan Baku Mutu
Lingkungan sebagai ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi,
atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaanya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur
lingkungan hidup.
Dengan kata lain,baku
mutu lingkungan adalah ambang batas/batas maksimum suatu zat atau komponen yang
diperbolehkan berada dilingkungan agar tidak menimbulkan dampak negatif.
Tabel 1.1 Baku Mutu beberapa jenis limbah anorganik
dalam air yang diperuntukan sebagai air minum.
No.
|
Jenis Limbah
|
Satuan
|
Kadar maksimum yang
|
diperbolehkan
|
|||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
|
Air raksa
Arsenik
Boron
Kadmium
Tembaga
Sianida
Fluorida
Timah
Nikel
Nitrat
|
mg/liter
mg/liter
mg/liter
mg/liter
mg/liter
mg/liter
mg/liter
mg/liter
mg/liter
mg/liter
|
0,001
0,01
0,3
0,003
2
0,07
1,5
0,01
0,02
50
|
C. Pengelompokan Limbah
1. Pengelompokan berdasarkan jenis senyawa
a. Limbah Organik
Limbah organik merupakan limbah
yang memiliki unsur hidrokarbon (hidrogen dan karbon) yang mudah diuraikan oleh
mikroorganisme.
Contoh: Jasad
Makhluk hidup, sisa makanan, kertas, kotoran hewan.
Limbah organik
yang mudah membusuk dapat dimanfaatkan kembali dengan cara dijadikan kompos.
Kompos dapat dimanfatkan sebagai pupuk/penyubur tanaman. Pembuatan kompos dari
limbah organik dapat menjadi salah satu solusi untuk menangani limbah organik.
b. Limbah Anorganik
Limbah anorganik merupakan limbah
yang tidak memiliki unsur hidrokarbon (hidrogen dan karbon) dan sulit diuraikan
oleh mikroorganisme.
Contoh: plastik, karet,
besi, kaleng bekas, pecahan kaca.
Limbah
anorganik tidak dapat dibiarkan begitu saja karena sulit diuraikan secara alami
oleh mikroorganisme, untuk itu limbah anorganik dapat didaur ulang menjadi
produk-produk yang dapat digunakan kembali oleh manusia, seperti kaleng
almunium didaur ulang menjadi kaleng almunium kembali atau kertas bekas
didaur ulang menjadi kertas siap pakai lagi. Salah satu cara agar pemanfaatan
limbah dapat dilakukan dengan efektif dan efisien adalah dengan memilah limbah
tersebut saat dibuang.
2. Pengelompokan berdasarkan wujud
a. Limbah Berwujud
Cair
Limbah cair adalah segala
jenis limbah yang berwujud cairan, berupa air beserta bahan-bahan buangan lain
yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air.
Limbah cair dapat diklasifikasikan dalam 4 kelompok,
yaitu:
1)
Limbah cair domestik (domestic wastewater),
yaitu limbah cair hasil buangan darri perumahan (rumah tangga), bangunan,
perdagangan, perkantoran, dan sarana jenis. Contoh : Air
detergen sisa cucian, air sabun, dan air tinja.
2)
Limbah cair industri (Industrial wastewater),
yaitu limbah cair hasil buangan industri. Contoh: air sisa cucian
daging, buah, atau sayur dari industri pengolahan makanan dan dari sisa
pewarnaan kain/bahan dari industri tekstil.
3)
Rembesan dan luapan (infiltration and inflow),
yaitu limbah cair yang berasal dari berbagai sumber yang memasukisaluran
pembuangan limbah cair melalui rembesan kedalam tanah atau melalui luapan dari
permukan.
Contoh: halaman, Air
buangan dri talng atap, pendingin ruangan (AC), halaman, bangunan perdagangan
industri, serta pertanian atau perkebunan.
4)
Air Hujan (storm water), yaitu limbah cair yang
berasal dari aliran air hujan diatas permukaan tanah. Aliran air hujan
dipermukaan tanah dapat melewati dan membawa partikel-partikel buangan padat
atau cair sehingga dapat disebut limbah cair.
b. Limbah
Berwujud Padat
Limbah padat merupakan salah satu limbah yang paling
banyak terdapat dilingkungan Biasanya limbah padat disebut sampah.
Limbah padat di
klasifikasikan menjadi 6 kelompok :
1) Sampah organik
mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah, berupa bahan-bahan
organik yang mudah membusuk atau terurai mikroorganisme.
Contoh : sisa
dapur, sisa makanan, sampah sayuran, kulit buah-buahan.
2) Sampah
anorganik dn organik tak membusuk (Rubbish), yaitu limbah padat anorganik atau
organik cukup kering yang sulit terurai oleh mikroorganisme, sehingga sulit
membusuk.
Contoh: Selulosa,
kertas, plastik, kaca, logam.
3) Sampah
Abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil
pembakaran. Sampah ini mudah terbawa angin karena ringan dan tidak mudah
membusuk.
4) Sampah bangkai
binatang (dead animal), yaitu semua limbah yang berupa bangkai binatang,
seperti tikus, ikan dan binatang ternak yang mati.
5) Sampah sapuan
(street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan yang berisi berbagai
sampah yang tersebar di jalanan, sperti dedaunan, kertas dan plastik.
6) Sampah
Industri (Industrial waste), yaitu semua limbah padat yang bersal dari buangan
industri. Komposisi sampah ini tergantung dari jenis industrinya.
c. Limbah Berwujud
Gas
Limbah gas biasanya dibuang keudara. Di
udar,terkandung unsur-unsur kimia seperti O2,N2,NO2,Co2,H2,
dan lain-lain. Penambahan gas keudara yang melampaui kandungan udara alami akan
menurunkan kualitas udara.
Tabel 1.3 Beberapa macam limbah gas yang umumnya ada
diudara
No.
|
Jenis
|
Keterangan
|
1.
|
Karbon monoksida(CO)
|
Gas tidak berwarna, tidak berbau
|
2.
|
Karbon dioksida (CO2)
|
Gas tidak berwarna, tidak berbau
|
3.
|
Nitrogen Oksida (NOx)
|
Gas berwarna dan berbau
|
4.
|
Sulfur Oksida (SOx)
|
Gas tidak berwarna dan berbau tajam
|
5.
|
Asam klorida (HCl)
|
Berupa uap
|
6.
|
Amonia (NH3)
|
Gas tidak berwarna, berbau
|
7.
|
Metan (CH4)
|
Gas berbau
|
8.
|
Hidrogen fluor ida (HF)
|
Gas tidak berwarna
|
9.
|
Nitrogen Sulida (NS)
|
Gas berbau
|
10.
|
Klorin (Cl2)
|
Gas berbau
|
Limbah gas yang dibuang keudara biasanya mengandung
partikel-partikel bahan padatan atau cairan yang berukuran sangat kecil dan
ringan sehingga tersuspensi dengan gas-gas tersebut. Bahan padatan dan cairan
tersebut disebut sebagai materi partikulat.
d. Limbah
Suara
Yaitu, Limbah yang berupa gelombang bunyi yang
merambat diudara. Limbah suara dapat dihasilkan dari mesin kendaraan,
mesin-mesin pabrik, peralatan elektronikdan sumber-sumber yang lainnya.
3. Pengelompokan berdasarkan sumber
a. Limbah
Domestik
Adalah limbah yang berasal dari kegiatan pemukiman
penduduk (rumah tangga) dan kegiatan usaha seperti pasar, restoran, dan
gedung perkantoran.
Contoh : sisa makanan,
kertas, kaleng, plastik, air sabun, detergen, tinja.
b. Limbah
Industri
Adalah limbah buangan hasil industri,jenis limbah yang
di haasilkan tergantung pada jenis industri.
Contoh: Limbah
organik cair atau padat akan banyak dihasilkan oleh industri pengolahan
makanan, sedangkan limbah anorganik seperti logam berat dihasilkan oleh
industri tekstil, Industri yang melakukan proses pembakaran menghasilkan limbah
gas.
c. Limbah
Pertanian
Adalah limbah yang beraasal dari limbah pertanian,
limbah ini biasanya berupa senyawa-senyawa anorganik dari bahan kimia yang
digunakan untuk kegiatan pertanian.
Contoh: Pupuk,
pestisida, sisa-sisa tumbuhan.
d. Limbah
Pertambangan
Adalah limbah yang berasal dari kegi kegiatan
pertambangan. Kandungan limbah ini terutama berupa material tambang.
Contoh: Logam atau
batuan.
4. Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Menurut PP RI No.
18/1999 tentang pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu
kegiatan yang mengandung bahan berrbahaya dan beracun, yang karena sifat dan
atau konsentrasinya, baik secara langsung maupun tak langsung merusak
lingkungan hidup, kesehatan maupun manusia.
Limbah B3 dapat diklasifikasikan sebagai zat bahan yang
mengandung satu atau lebih senyawa:
v Mudah meledak
(explosive)
v Pengoksidasi
(oxidizing)
v Amat
sangat mudah terbakar (extremely flammable)
v Sangat
mudah terbakar (highly flammable)
v Mudah
terbakar (flammable)
v Amat
sangat beracun (extremely toxic)
v Sangat
beracun (highly toxic)
v Beracun (moderately
toxic)
v Berbahaya
(harmful)
v Korosif (corrosive)
v Bersifat
mengiritasi (irritant)
v Berbahaya
bagi lingkungan (dangerous to the environment)
v Karsinogenik/dapat
menyebabkan kanker (carcinogenic)
v Teratogenik/dapat
menyebabkan kecacatan janin (teratogenic)
v Mutagenik/dapat
menyebabkan mutasi (mutagenic)
Zat atau bahan
tersebut diatas diklasifikasikan sebagai limbah B3 karena memenuhi satau atau
lebih karakteristik limbah B3 berikut:
v Limbah
mudah meledak, yaitu limbah yang pada suhu dan tekanan standar (250 C,
760 mmHg) dapat meledak dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan
tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.
v Limbah
mudah terbakar, yaitu limbah yang mempunyai salah atu sifat berikut:
a. Limbah
berupa cairan yang mengandung alkohol yang mengandung alkohol kurang dari 24%
volume dan atau pada titik nyala tidak lebih dari 400C (1400F)
akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api, atau sumber nyala
lain pada tekanan udara 760 mmHg.
b. Limbah
bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar (250C,
760mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air,
atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan
kebakaran yang terus menerus.
c. Merupakan
limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.
d. Merupakan
limbah pengoksidasi.
v Limbah
yang bersifat reaktif, yaitu limbah yang mempunyai salah satu sifat berikut:
a. Limbah
yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa
peledakan.
b. Limbah
yang dapat bereaksi hebat dengan air.
c. Limbah
yang apabila bercsmpur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan
gas, uap, atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan
manusia dan lingkungan.
d. Merupakan
limbah sianida, sulfida, atau amonia yang pada kondisi pH antara 2 dan 12,5
dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan
bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
e. Limbah
yang mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar (250C,
760mmHg).
f. Limbah
yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen atau limbah
organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
v Limbah
beracun, yaitu limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi manusia
atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila
masuk kedalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.
v Limbah
yang menyebabkan infeksi, yaitu limbah kedokteran, limbah dari laboratorium
atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular.
v Limbah
bersifat korosif, yaitu limbah yang mempunyai salah satu sifat berikut:
a. Menyebabkan
iritasi (terbakar) pada kulit.
b. Menyebabkan
proses pengkaratan pada lempeng baja .
c. Mempunyai
pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama atau lebih besar
dari 12,5 untuk bersifat basa.
Berbagai produk yang dapat menjadi limbah B3, yaitu:
v Produk
Automotif, contoh: bahan bakar, oli kendaraan, aki, dan pembersih
kendaraan.
v Produk
untuk pemeliharaan rumah, contoh: cat, pewarna, pengencer cat.
v Pestisida,
contoh: insektisida, racun tikus dan kamper.
v Pembersih
rumah, contoh: pembersih lantai, pemutih, pengkilap oven
v Produk
lainnya, contoh: baterai, kosmetik, dan pemoles sepatu.
PENGOLAHAN LIMBAH
PADAT
Beberapa negara maju talah memanfaatkan limbah yang berasal dari kegiatan
rumah tangga dan industri. umumnya limbah dimangaatkan untuk berbagai macam
bahan yang berguna tergantung teknologi yang digunakan. misalnya sampah organik
dapat dipakai sebagai bahan untuk membuat pupuk(kompos), gas bio, alkohol, dll.
dalam penanganannya membutuhkan perlakuan yang berbeda, karena sifat-sifat dari
limbah juga berbveda-beda. beberapa cara penanganan limbah yang dapat dilakukan
secara sederhana yaitu:
-penumpukan
-pengomposan
-pembakaran
-sanitari landfill.
-pengomposan
-pembakaran
-sanitari landfill.
suatu sisterm penangan limbah yang baik harus memperhatikan bahwa limbah
tersebut tidak menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit serta tidak
menjadi medium perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat lainnya adalah
dalam penanganannya tidak mencemari udara, air, atau tanah serta tidak
menimbulkan bau dan tidak menimbulkan kebakaran.
Pengolahan
Limbah Padat
Pengolahan limbah padat meliputi pengumpulan sampai dengan pemusnahan dan
pembuanganny. Pengelolaan limbah padat harus memperhatikan karakteristik dan
kandungan yang terdapat di dalam limbah padat tersebut. Limbah padat yang
mengandung bahan organik dapat membusuk dengan adanya aktivitas mikroorganisme
pengurai. Dengan demikian, pengelolaannya menghendaki kecepatan, baik dalam
pengumpulan maupun dalam pemusnahannya.
Pembusukan limbah padat organik akan menghasilkan antara lain gas
CH4(metana) dan H2S (asam sulfida) yang bersifat racun bagi manusia. Akan
tetapi, bagi lingkungan limbah padat ini relatif kurang berbahaya karena dapat
terurai dengan sempurna.
Limbah padat yang mengandung bahan anorganik tidak dapat membusuk. Bila
memungkinkan limbah padat jenis ini sebaiknya didaur ulang. Bila tidak
memungkinkan dapat dibakar agar terurai menjadi bentuk lain sehingga volumenya
lebih kecil. Untuk limbah padat yang mengandung B3, diperlukan suatu cara
khusus.
Pembuangan limbah padat dapat dilakukan dengan cara landfill, animal
feeding, penguraian dengan mikroorganisme maupun penekanan untuk memperkecil
volume. Untuk limbah padat yang tidak dapat membusuk atau mengandung B3,
penggunaan incenerator (pesawat pembakar) merupakan salah satu metode yang
direkomendasikan. Limbah padat yang mengandung bahan organik dan tidak
mengandung B3 dapat diproses secara biologi untuk mengurangi volumenya atau
dapat juga untuk memperoleh produk yang berguna seperti kompos (aerobic) maupun
biogas (anaerobic). Tetapi cara ini berpotensi mengeluarkan bau yang tidak
sedap.
Pengolahan limbah
Beberapa
faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan
pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini
diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah
ini dapat dibedakan menjadi:
1.
pengolahan menurut tingkatan perlakuan
2.
pengolahan menurut karakteristik limbah
Untuk
mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu kawasan
permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan sanitasi ini
tidak dapat selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang disediakan pihak
lain. Ada juga layanan sanitasi yang harus disediakan sendiri oleh masyarakat,
khususnya pemilik atau penghuni rumah, seperti jamban, misalnya:
1.
Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk
menangani limbah Air kakus.
2.
Jamban yang layak harus memiliki akses air besrsih
yang cukup dan tersambung ke unit penanganan air kakus yang benar. Apabila
jamban pribadi tidak ada, maka masyarakat perlu memiliki akses ke jamban
bersama atau MCK.
3.
Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan
pewadahan sampah dan pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan
menggunakan gerobak atau truk sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi
dengan tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA),
atau fasilitas pengolahan sampah lainnya. Dibeberapa wilayah pemukiman, layanan
untuk mengatasi sampah dikembangkan secara kolektif oleh
masyarakat. Beberapa ada yang melakukan upaya kolektif lebih lanjut dengan
memasukkan upaya pengkomposan dan pengumpulan bahan layak daur-ulang.
4.
Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan
air hujan menggunakan saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air tersebut dan
mengalirkannya ke badan air penerima. Dimensi saluran drainase harus cukup
besar agar dapat menampung limpasan air hujan dari wilayah yang dilayaninya.
Saluran drainase harus memiliki kemiringan yang cukup dan terbebas dari sampah.
5.
Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu
tersedia secara berkelanjutan dalam jumlah yang cukup. Air bersih ini tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan makan, minum, mandi, dan kakus saja, melainkan
juga untuk kebutuhan cuci dan pembersihan lingkungan.
PENANGAN LIMBAH CAIR
Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang
telah dikembangkan sangat beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang
berbeda kemungkinan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula.
Proses- proses pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan,
berupa kombinasi beberapa proses atau hanya salah satu. Proses pengolahan
tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau faktor finansial.
1. Pengolahan
Primer (Primary Treatment)
Tahap
pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan
secara fisika.
a. Penyaringa
(Screening)
Pertama,
limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring menggunakan jeruji
saring. Metode ini disebut penyaringan. Metode penyaringan merupakan cara
yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari
air limbah.
Kedua, limbah
yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau bak yang berfungsi
untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang berukuran
relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara
kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel – partikel
pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses
selanjutnya.
c. Pengendapan
Setelah
melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke tangki atau bak
pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan yang paling
banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair.
Di tangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel –
partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar
tangki. Enadapn partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan
dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain
metode pengendapan, dikenal juga metode pengapungan (Floation).
d. Pengapungan
(Floation)
Metode ini
efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau lemak. Proses
pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat menghasilkan
gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron). Gelembung udara
tersebut akan membawa partikel –partikel minyak dan lemak ke permukaan air
limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.
Bila limbah
cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan melalui proses
pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses pengolahan
primer tersebut dapat langsung dibuang kelingkungan (perairan). Namun, bila
limbah tersebut juga mengandung polutan yang lain yang sulit dihilangkan
melalui proses tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau senyawa organik
dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke proses
pengolahan selanjutnya.
2. Pengolahan
Sekunder (Secondary Treatment)
Tahap
pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu dengan
melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi bahan organik.
Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.
Terdapat tiga
metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu metode penyaringan
dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif (activated sludge), dan
metode kolam perlakuan (treatment ponds / lagoons) .
a. Metode
Trickling Filter
Pada metode
ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan organik melekat dan
tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa serpihan batu atau
plastik, dengan dengan ketebalan ± 1 – 3 m. limbah cair kemudian
disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media tersebut.
Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam limbah akan
didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan media,
limbah akan menetes ke suatu wadah penampung dan kemudian disalurkan ke tangki
pengendapan.
Dalam tangki
pengendapan, limbah kembali mengalami proses pengendapan untuk memisahkan
partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang
terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut, sedangkan air
limbah akan dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses pengolahan
selanjutnya jika masih diperlukan
b. Metode
Activated Sludge
Pada metode
activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke sebuah tangki dan
didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan bakteri aerob. Proses
degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama beberapa jam, dibantu
dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian oksigen). Aerasi dapat
mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah. Selanjutnya, limbah
disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami proses pengendapan, sementara
lumpur yang mengandung bakteri disalurkan kembali ke tangki aerasi. Seperti
pada metode trickling filter, limbah yang telah melalui proses ini dapat
dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih dperlukan.
c. Metode
Treatment ponds/ Lagoons
Metode
treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang murah namun
prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair ditempatkan
dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam akan
berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian digunakan oleh
bakteri aero untuk proses penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada
metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di kolam,
limbah juga akan mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan
terbentuk endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka untuk dibuang ke
lingkungan atau diolah lebih lanjut.
3. Pengolahan
Tersier (Tertiary Treatment)
Pengolahan
tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih terdapat
zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau
masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini
disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair / air limbah.
Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan
primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat,
fosfat, dan garam- garaman.
Pengolahan
tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced treatment).
Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh
metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan pasir,
saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan
dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik.
Metode
pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah. Hal
ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan tersier
cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.
4. Desinfeksi
(Desinfection)
Desinfeksi
atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau mengurangi mikroorganisme
patogen yang ada dalam limbah cair. Meknisme desinfeksi dapat secara kimia,
yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu, atau dengan perlakuan fisik.
Dalam menentukan senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu :
• Daya
racun zat
• Waktu
kontak yang diperlukan
• Efektivitas
zat
• Kadar
dosis yang digunakan
• Tidak
boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan
• Tahan
terhadap air
• Biayanya
murah
Contoh
mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin (klorinasi),
penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (Oз).
Proses
desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah
selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah
dibuang ke lingkungan.
5. Pengolahan
Lumpur (Slude Treatment)
Setiap tahap
pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier, akan menghasilkan
endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara
langsung, melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil pengolahan
limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob (anaerob
digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut
atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar
(incinerated).
sumber : witasharer.blogspot.com
PENANGANAN LIMBAH GAS
Pengolah limbah gas
secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat bantu yang dapat mengurangi
pencemaran udara. Pencemaran udara sebenarnya dapat berasal dari limbah berupa
gas atau materi partikulat yang terbawah bersama gas tersebut. Berikut akan
dijelaskan beberapa cara menangani pencemaran udara oleh limbah gas dan materi
partikulat yang terbawah bersamanya.
1. Mengontrol Emisi Gas Buang
Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida,
karbon monoksida, dan hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa
metode. Gas sulfur oksida dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan
bakar dengan cara desulfurisasi menggunakan filter basah (wet
scrubber).
Mekanisme kerja filter basah ini
akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan berikutnya, yaitu mengenai metode
menghilangkan materi partikulat, karena filter basah juga digunakan untuk
menghilangkan materi partikulat.
Gas nitrogen oksida dapat dikurangi
dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dengan cara menurunkan suhu
pembakaran. Produksi gas karbon monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran
kendaraan bermotor dapat dikurangi dengan cara memasang alat pengubah katalitik
(catalytic converter) untuk menyempurnakan pembakaran.
Selain cara-cara yang disebutkan
diatas, emisi gas buang jugadapat dikurangi kegiatan pembakaran bahan bakar
atau mulai menggunakan sumber bahan bakar alternatif yang lebih sedikit
menghasilkan gas buang yang merupakan polutan.
2. Menghilangkan
Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan
a. Filter
Udara
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack,
agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja
yang keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap
diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu)
harus segera diganti dengan yang baru.
Jenis filter
udara yang digunakan tergantung pada sifat gas buangan yang keluar dari proses
industri, apakah berdebu banyak, apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis
dan lain sebagainya
b. Pengendap
Siklon
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang
ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip
kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara / gas
buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon sehingga
partikel yang relatif “berat” akan jatuh ke bawah.
Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara
5 u – 40 u. Makin besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan.
c. Filter Basah
Nama lain dari
filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip kerja filter basah
adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian
atas alt, sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara
yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut semprotkan air turun ke
bawah.
Untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip kerja pengendap siklon dan
filter basah digabungkan menjadi satu. Penggabungan kedua macam prinsip kerja
tersebut menghasilkan suatu alat penangkap debu yang dinamakan.
d. Pegendap Sistem
Gravitasi
Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang
ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 u atau lebih. Cara kerja
alat ini sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam
alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan
kecepatan secara tiba-tiba (speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di bawah
akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung pada
dimensi alatnya.
e. Pengendap
Elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang kotor
dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol
atau uap air. Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat dan udara yang
keluar dari alat ini sudah relatif bersih.
Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang
mempunyai tegangan antara 25 – 100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung
silinder di mana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada
sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi
muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan
corona discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara
kotor seolah – olah mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion negatif
sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan menuju ke
elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif akan ditarik oleh
dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada di tengah-tengah silinder dan
kemudian terhembus keluar.
sumber :
witasharer.blogspot.com
PENANGANAN
LIMBAH B3
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun,
dibakar atau dibuang ke lingkungan , karena mengandung bahan yang dapat
membahayakan manusia dan makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara
penanganan yang lebih khusus dibanding limbah yang bukan B3. Limbah B3 perlu
diolah, baik secara fisik, biologi, maupun kimia sehingga menjadi tidak
berbahaya atau berkurang daya racunnya. Setelah diolah limbah B3 masih
memerlukan metode pembuangan yang khusus untuk mencegah resiko terjadi pencemaran.
Beberapa metode penanganan limbah B3 yang umumnya diterapkan adalah sebagai
berikut.
1. Metode
pengolahan secara kimia, fisik dan biologi
Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan
secara kimia, fisik, atau biologi. Proses pengolahan limbah B3 secara kimia
atau fisik yang umumnya dilakukan adalah stabilisasi/ solidifikasi .
stabilisasi/solidifikasi adalah proses pengubahan bentuk fisik dan sifat kimia
dengan menambahkan bahan peningkat atau senyawa pereaksi tertentu untuk
memperkecil atau membatasi pelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun
limbah, sebelum dibuang. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses
stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik.
Metode insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk
memperkecil volume B3 namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan
pengontrolan ketat agar gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara.
Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah
cukup berkembang saat ini dikenal dengan istilah bioremediasi dan
viktoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain
untuk mendegradasi/ mengurai limbah B3, sedangkan Vitoremediasi adalah
penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun
dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh
limbah B3 dan biaya yang diperlukan lebih muran dibandingkan dengan metode
Kimia atau Fisik. Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses
Bioremediasi dan Vitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan
waktu yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala
besar. Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan
dapat membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di ekosistem.
2. Metode
Pembuangan Limbah B3
a. Sumur dalam/ Sumur Injeksi (deep
well injection)
Salah
satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah dengan cara
memompakan limbah tersebut melalui pipa kelapisan batuan yang dalam, di bawah
lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori, limbah
B3 ini akan terperangkap dilapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah
maupun air. Namun, sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadinya kebocoran atau
korosi pipa atau pecahnya lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah merembes
kelapisan tanah.
b. Kolam penyimpanan (surface
impoundments)
limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang
memang dibuat untuk limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang
dapat mencegah perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan
terkosentrasi dan mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan
karena limbah akan semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran
lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama air limbah
sehingga mencemari udara.
c. Landfill untuk limbah B3 (secure
landfils)
limbah
B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus pengamanan tinggi. Pada metode pembuangan
secure landfills, limbah B3 ditempatkan dalam drum atau tong-tong, kemudian
dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran limbah
B3. Landffill ini harus dilengkapi peralatan moditoring yang lengkap untuk
mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika
diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif.
Namun, metode secure landfill merupakan metode yang memliki biaya operasi
tinggi, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi
jangka panjang karena limbah akan semakin
menumpuk.
0 comments:
Post a Comment