Thursday, 6 November 2014

SANLATNAS 2013

       Namaku Surya, aku siswa kelas 11 SMK Negeri 1 Jambu. Ramadhan tahun ini aku ditunjuk guruku untuk mengikuti Pesantren Kilat Tingkat Nasional SMK Tahun 2013 (SANLATNAS SMK 2013) di Bogor, tepatnya di Wisma Haji Ciloto. Memang sebuah kebanggaan bagiku untuk bisa mewakili Kabupaten Semarang di tingkat nasional. Mengingat pengetahuanku tentang agama Islam masih sangatlah minim, ini adalah kesempatan untuk lebih banyak memetik ilmu berpahala yang luar biasa di sana. Namun, tanggung jawabku begitu besar untuk membawa nama baik sekolahku dan daerahku. Setidaknya aku harus bisa lebih aktif walaupun minim ilmu.
       “Tidak! Kamu tidak usah ikut! Kamu kan pendiam, pemalu, penakut, dan mudah sakit pula. Takutnya nanti kamu kenapa-napa disana.”Malam itu, ayahku dengan tegas tidak memperbolehkanku untuk mengikuti kegiatan ini. Aku bersikeras menentang kebijakan ayahku,”Tapi itu kan aku yang dulu, Pah! Sekarang aku sudah berubah menjadi laki-laki kuat. Ketua OSIS yang disegani guru dan teman-teman sekolahku. Ini kesempatanku membawa nama sekolahku di tingkat nasional. Selain aku, tidak ada siswa yang mau menyanggupinya”. Suasana hening sejenak, kemudian aku melanjutkan pembicaraan dengan nada yang sudah mulai kesal,”Sekali lagi jangan samakan Surya yang SMP dengan Surya yang sekarang sudah SMK!”
       Ayahku yang selalu tegas dengan keputusannya benar-benar membuatku putus asa malam itu. Pagi harinya, aku bilang ke guruku bahwa aku tidak jadi ikut lantaran tidak ada ijin dari orang tua. Kali ini, guruku yang bersikeras untuk memberangkatkanku,”Sini, biar saya yang coba ngomong ke ayahmu. Semoga ayahmu bisa berubah pikiran setelah berbicara dengan pak guru,” dengan suasana hati yang masih kesal aku memberikan nomor telepon ayahku.
“Ayahku memang orang yang tak kenal kompromi kalau sudah menyangkut urusan anaknya, Pak! Dia sangat khawatir kalau anaknya berada jauh darinya.” Jelasku ke pak guru sebelum beliau menelpon ayahku. Sedikit rasa pesimis yang aku rasakan saat pak guru mulai menekan tombol handphonennya.
       Pak guru mulai bicara dengan ayahku. Aku mendengar dengan begitu cemas. Di salah satu pembicaraan, aku mendengar kalimat yang begitu membuat lega hatiku.
“Maaf Bapak saya hanya memberi saran, mau sampai kapan bapak bersikap seperti ini? Anak anda sudah dewasa dan sudah saatnya bagi dia untuk terbang melihat warna-warni kehidupan. Supaya dia tahu seberapa keraskah dunia ini sebenarnya. Sudah bukan waktunya lagi untuk memanjakan anak anda, Pak!” jelas Pak Guru.
“Iya benar sekali, Pak Guru! Saya tidak menyadari hal ini sebelumnya. Terimakasih atas saran dari Pak Guru. Kalau begitu saya ijinkan anak saya berangkat ke Bogor.” Tidak lama kemudian mereka mengakhiri pembicaraan dan aku jadi ke Bogor.
-     
       Aku berangkat menuju Wisma Haji Ciloto bersama rekanku  Zaki dari SMK N 1 Tengaran. Sahur dan buka bersama ala kadarnya kami lakukan di dalam bus. Sesekali kami mengobrol tentang kehidupan kami masing-masing. Zaki adalah ketua osis SMK N 1 Tengaran. Gaya bicaranya ada dua, kadang kocak tapi juga bisa bijak. Dia selalu mengatasi segala urusan dengan tenang. Pantas kalau dia dipilih untuk menjadi pemimpin disekolahnya.
       Jam 04.45 kami tiba di Wisma Haji Ciloto. Berada di puncak memang tak terhindarkan dari sapuan udara yang dingin. Kami datang paling awal dan panitiapun belum datang. Disana kami bertemu wakil dari Kabupaten Sragen serta Kebumen yaitu Teguh, Arizal, Agus dan Ismi.
       Jam 09.00 kami berlima masuk ke Wisma dan melakukan registrasi ulang. Kami langsung menuju ke kamar untuk beristirahat. Ismi memisahkan diri karena dia peserta perempuan, tidak mungkin satu kamar dengan aku, Zaki, Teguh, Rizal, dan Agus. Dikamar kami bercerita tentang diri kami masing-masing. Sesekali banyolan keluar dari mulut kami. Sungguh bahagianya diriku saat itu bisa bersama dengan siswa-siswa pilihan yang pastinya mereka memiliki sikap dan mental yang luar biasa. Saat itu, aku memang masih sedikit canggung ketika mereka berbicara tentang agama. Aku hanya ikut mendengar apa yang mereka bicarakan. Jam 13.00 WIB tiba dan acara dimulai.
       Setelah upacara pembukaan, pembagian jadwal kegiatan dimulai dan kami langsung mengikuti kegiatan sesuai dengan jadwal satu per satu. Ada banyak kegiatan yang menarik di sini. Yang pertama pada sesi diskusi, aku bertemu dengan Agus. Pemuda asal Pontianak. Dia adalah anak dari keluarga sederhana dengan impian yang luar biasa. Agus adalah anak yatim piatu dan bersekolah di sekolah yang kurang maju. Sikapnya yang simpel dan pandai bergaul yang membuat aku suka padanya.
       Yang kedua saat shalat berjamaah, aku sering mendengar suara adzan pemuda dari Pekan Baru yaitu Mardah Jaelani alias Ajay. Lantunan tenang nan merdu persis dengan sikapnya saat dia berbincang-bincang denganku. Yang ketiga saat sesi permainan saya melihat seorang pemuda nan bijaksana dari Medan, abang Faza Fairuz. Dia sangat cerdas dalam berpendapat dan mengambil keputusan. Dan masih banyak lagi orang-orang hebat yang aku temui di sana.
       -
       Tiba di ujung acara yaitu upacara penutupan sekaligus pengumuman peserta terbaik SANLATNAS SMK 2013. Akhirnya temanku dari kebumen Agus yang mendapat predikat tersebut bersama teh Cici dari Bandung. Sangat sedih rasanya harus berpisah dengan kawan-kawan hebatku. Dalam pikirku sekarang, pastinya banyak pelajaran yang aku petik dari sini yang akan aku kembangkan di sekolahku nanti.
       Suasana menegangkanpun dimulai saat perjalanan akan pulang. Aku berangkat pulang bersama Zaki, Teguh, Agus, dan Rizal. Kami benar-benar bingung harus melangkah kemana saat itu karena kami tidak mengiyakan saran panitia untuk ikut teman lainnya naik pesawat terbang dari Jakarta. Niatan kami untuk jalan-jalan dulu di Bangdung kamu urungkan karena ternyata kami semua buta pengetahuan mengenai jawa barat. Kami akhirnya sibuk mengorek informasi dari warga bagaimana caranya untuk sampai ke terminal. Berputar-putar di wilayah ciloto sore hari selama satu jam. Akhirnya kami menemukan terminal. Tiketpun segera kami pesan. Satu jam kemudian Bus Rajawali yang sudah kami pesan akhirnya datang. Sebelum kami langkahkan kaki ke Bus. Kami sempat berpelukan erat terlebih dahulu. Entah kenapa aku merasa sedih disini, berat rasanya berpisah dengan orang-orang hebat ini.
       Sekitar waktu subuh, akhirnya aku sampai di Terminal Bawen. Aku turun dari bus dan dalam hitungan detik Bus Rajawali kembali berjalan membawa sahabat-sahabat hebatku melangkah keluar dari terminal. Sebuah kenangan yang indah. Terimakasih Ya Allah telah kau hadirkan teman dan kegiatan ini untukku. Benar-benar tidak akan pernah aku lupakan Wisma Haji Ciloto, tempat kami bersatu. Para generasi muda yang bertakwa, yang dengan segala sikap hebatnya.

Aku berharap mereka semua kelak benar-benar akan menjadi orang-orang yang berguna bagi orangtua, bangsa dan negara, sukses di dunia maupun akhirat.  

2 comments:

Hindun Indiyyi
15 November 2014 at 15:17

Suka banget sama ceritanya....

Unknown
11 January 2015 at 17:16

terimakasih sudah membaca, sering2 mampir yaa :)

Post a Comment