SANLATNAS 2013
Namaku
Surya, aku siswa kelas 11 SMK Negeri 1 Jambu. Ramadhan tahun ini aku ditunjuk
guruku untuk mengikuti Pesantren Kilat Tingkat Nasional SMK Tahun 2013
(SANLATNAS SMK 2013) di Bogor, tepatnya di Wisma Haji Ciloto. Memang sebuah
kebanggaan bagiku untuk bisa mewakili Kabupaten Semarang di tingkat nasional.
Mengingat pengetahuanku tentang agama Islam masih sangatlah minim, ini adalah
kesempatan untuk lebih banyak memetik ilmu berpahala yang luar biasa di sana.
Namun, tanggung jawabku begitu besar untuk membawa nama baik sekolahku dan
daerahku. Setidaknya aku harus bisa lebih aktif walaupun minim ilmu.
“Tidak!
Kamu tidak usah ikut! Kamu kan pendiam, pemalu, penakut, dan mudah sakit pula.
Takutnya nanti kamu kenapa-napa disana.”Malam itu, ayahku dengan tegas tidak
memperbolehkanku untuk mengikuti kegiatan ini. Aku bersikeras menentang
kebijakan ayahku,”Tapi itu kan aku yang dulu, Pah! Sekarang aku sudah berubah
menjadi laki-laki kuat. Ketua OSIS yang disegani guru dan teman-teman
sekolahku. Ini kesempatanku membawa nama sekolahku di tingkat nasional. Selain
aku, tidak ada siswa yang mau menyanggupinya”. Suasana hening sejenak, kemudian
aku melanjutkan pembicaraan dengan nada yang sudah mulai kesal,”Sekali lagi
jangan samakan Surya yang SMP dengan Surya yang sekarang sudah SMK!”
Ayahku
yang selalu tegas dengan keputusannya benar-benar membuatku putus asa malam itu.
Pagi harinya, aku bilang ke guruku bahwa aku tidak jadi ikut lantaran tidak ada
ijin dari orang tua. Kali ini, guruku yang bersikeras untuk
memberangkatkanku,”Sini, biar saya yang coba ngomong ke ayahmu. Semoga ayahmu
bisa berubah pikiran setelah berbicara dengan pak guru,” dengan suasana hati
yang masih kesal aku memberikan nomor telepon ayahku.
“Ayahku memang orang yang tak kenal kompromi
kalau sudah menyangkut urusan anaknya, Pak! Dia sangat khawatir kalau anaknya
berada jauh darinya.” Jelasku ke pak guru sebelum beliau menelpon ayahku.
Sedikit rasa pesimis yang aku rasakan saat pak guru mulai menekan tombol
handphonennya.
Pak
guru mulai bicara dengan ayahku. Aku mendengar dengan begitu cemas. Di salah
satu pembicaraan, aku mendengar kalimat yang begitu membuat lega hatiku.
“Maaf Bapak saya hanya memberi saran, mau sampai
kapan bapak bersikap seperti ini? Anak anda sudah dewasa dan sudah saatnya bagi
dia untuk terbang melihat warna-warni kehidupan. Supaya dia tahu seberapa keraskah
dunia ini sebenarnya. Sudah bukan waktunya lagi untuk memanjakan anak anda,
Pak!” jelas Pak Guru.
“Iya benar sekali, Pak Guru! Saya tidak menyadari
hal ini sebelumnya. Terimakasih atas saran dari Pak Guru. Kalau begitu saya
ijinkan anak saya berangkat ke Bogor.” Tidak lama kemudian mereka mengakhiri
pembicaraan dan aku jadi ke Bogor.
-
Aku
berangkat menuju Wisma Haji Ciloto bersama rekanku Zaki dari SMK N 1 Tengaran. Sahur dan buka
bersama ala kadarnya kami lakukan di dalam bus. Sesekali kami mengobrol tentang
kehidupan kami masing-masing. Zaki adalah ketua osis SMK N 1 Tengaran. Gaya
bicaranya ada dua, kadang kocak tapi juga bisa bijak. Dia selalu mengatasi
segala urusan dengan tenang. Pantas kalau dia dipilih untuk menjadi pemimpin
disekolahnya.
Jam
04.45 kami tiba di Wisma Haji Ciloto. Berada di puncak memang tak terhindarkan
dari sapuan udara yang dingin. Kami datang paling awal dan panitiapun belum
datang. Disana kami bertemu wakil dari Kabupaten Sragen serta Kebumen yaitu
Teguh, Arizal, Agus dan Ismi.
Jam
09.00 kami berlima masuk ke Wisma dan melakukan registrasi ulang. Kami langsung
menuju ke kamar untuk beristirahat. Ismi memisahkan diri karena dia peserta
perempuan, tidak mungkin satu kamar dengan aku, Zaki, Teguh, Rizal, dan Agus.
Dikamar kami bercerita tentang diri kami masing-masing. Sesekali banyolan
keluar dari mulut kami. Sungguh bahagianya diriku saat itu bisa bersama dengan
siswa-siswa pilihan yang pastinya mereka memiliki sikap dan mental yang luar
biasa. Saat itu, aku memang masih sedikit canggung ketika mereka berbicara
tentang agama. Aku hanya ikut mendengar apa yang mereka bicarakan. Jam 13.00
WIB tiba dan acara dimulai.
Setelah
upacara pembukaan, pembagian jadwal kegiatan dimulai dan kami langsung
mengikuti kegiatan sesuai dengan jadwal satu per satu. Ada banyak kegiatan yang
menarik di sini. Yang pertama pada sesi diskusi, aku bertemu dengan Agus.
Pemuda asal Pontianak. Dia adalah anak dari keluarga sederhana dengan impian
yang luar biasa. Agus adalah anak yatim piatu dan bersekolah di sekolah yang
kurang maju. Sikapnya yang simpel dan pandai bergaul yang membuat aku suka
padanya.
Yang
kedua saat shalat berjamaah, aku sering mendengar suara adzan pemuda dari Pekan
Baru yaitu Mardah Jaelani alias Ajay. Lantunan tenang nan merdu persis dengan
sikapnya saat dia berbincang-bincang denganku. Yang ketiga saat sesi permainan
saya melihat seorang pemuda nan bijaksana dari Medan, abang Faza Fairuz. Dia
sangat cerdas dalam berpendapat dan mengambil keputusan. Dan masih banyak lagi
orang-orang hebat yang aku temui di sana.
-
Tiba
di ujung acara yaitu upacara penutupan sekaligus pengumuman peserta terbaik
SANLATNAS SMK 2013. Akhirnya temanku dari kebumen Agus yang mendapat predikat
tersebut bersama teh Cici dari Bandung. Sangat sedih rasanya harus berpisah
dengan kawan-kawan hebatku. Dalam pikirku sekarang, pastinya banyak pelajaran
yang aku petik dari sini yang akan aku kembangkan di sekolahku nanti.
Suasana
menegangkanpun dimulai saat perjalanan akan pulang. Aku berangkat pulang
bersama Zaki, Teguh, Agus, dan Rizal. Kami benar-benar bingung harus melangkah
kemana saat itu karena kami tidak mengiyakan saran panitia untuk ikut teman lainnya
naik pesawat terbang dari Jakarta. Niatan kami untuk jalan-jalan dulu di
Bangdung kamu urungkan karena ternyata kami semua buta pengetahuan mengenai
jawa barat. Kami akhirnya sibuk mengorek informasi dari warga bagaimana caranya
untuk sampai ke terminal. Berputar-putar di wilayah ciloto sore hari selama
satu jam. Akhirnya kami menemukan terminal. Tiketpun segera kami pesan. Satu
jam kemudian Bus Rajawali yang sudah kami pesan akhirnya datang. Sebelum kami
langkahkan kaki ke Bus. Kami sempat berpelukan erat terlebih dahulu. Entah
kenapa aku merasa sedih disini, berat rasanya berpisah dengan orang-orang hebat
ini.
Sekitar
waktu subuh, akhirnya aku sampai di Terminal Bawen. Aku turun dari bus dan
dalam hitungan detik Bus Rajawali kembali berjalan membawa sahabat-sahabat
hebatku melangkah keluar dari terminal. Sebuah kenangan yang indah. Terimakasih
Ya Allah telah kau hadirkan teman dan kegiatan ini untukku. Benar-benar tidak
akan pernah aku lupakan Wisma Haji Ciloto, tempat kami bersatu. Para generasi muda
yang bertakwa, yang dengan segala sikap hebatnya.
Aku berharap mereka semua kelak
benar-benar akan menjadi orang-orang yang berguna bagi orangtua, bangsa dan
negara, sukses di dunia maupun akhirat.
2 comments:
Suka banget sama ceritanya....
terimakasih sudah membaca, sering2 mampir yaa :)
Post a Comment