Thursday, 23 October 2014

CERPEN MOTIVASI

D I ATAS KUBERNAFAS

            Latihan dasar kepemimpinan (LDK) dimulai. Tahun ini, LDK anggota OSIS, PRAMUKA, dan KOPASKI (OSPRAMKI) SMK Negeri 1 Jambu dipusatkan di lereng Gunung Ungaran. Tepatnya, kami akan bermalam di perkampungan Perumasan sebagai base camp kami sebelum mencoba menakhlukkkan puncak Gunung Ungaran. Berbekal pengalaman dan didikan dari pembina, aku bersama para senior mencoba menempa calon anggota OSPRAMKI dengan maksimal di sini dan membentuk mental serta fisik mereka. Menciptakan generasi muda yang takwa, tanggap, tanggon, dan trengginas.
Disini aku berposisi sebagai komandan satuan. Berada di tingkat paling atas. Akulah yang bertanggungjawab penuh atas kegiatan ini. Teriakan panjang aku mulai untuk membangkitkan semangat siswa LDK,“SISWA!!”
“SIAP!!” Balas mereka dengan tegas menandakan mereka benar-benar siap dan semangat mengikuti kegiatan ini.
“Tiga hari kedepan, kita akan mencoba menguasai gunung ungaran. Saya ingin melihat seluruh tapak kaki kalian berada di puncak gunung ungaran. Kerahkan seluruh tenaga kalian. Semangat kebersamaan serta doa menjadi modal awal kalian untuk menyelesaikan misi ini. Barang siapa yang tidak siap. Bisa mundur mulai sekarang. Daripada nanti gugur di medan laga. Saya tidak ingin melihat siswa yang lemah. Semua siswa harus tangguh, kuat, dan trengginas. Apakah kalian sanggup?”
“Siap sanggup” jawab siswa LDK serempak.
            Sedikit motivasi saya berikan ke siswa LDK agar mereka benar-benar siap untuk menjalankan tiga hari yang akan terasa satu tahun bagi mereka. Perjalanan kita mulai dari pos mawar. Walaupun saat itu sudah menginjak sore hari, namun semangat pagi para siswa LDK masih sangat luar biasa.
“Ayo semuanya menyanyi” teriak Kak Novia kepada seluruh siswa LDK.
Nyanyian serta teriakan menjadi makanan pokok seluruh siswa LDK. Dua jam berlalu dan kami masih belum sampai.
“kak sudah nggak kuat lagi kak!” teriak Sarah, salah satu siswa LDK perempuan yang wajahnya tampak pesimis, mukanya pucat karena sudah kecapekan. Danton siswa LDK yaitu Tri Wahyu mencoba memberi semangat. Begitu pula dengan senior,“ayolah dik, kita sudah hampir sampai. Jangan buat perjalanan kita sia-sia, sudah sampai sini kita harus terus maju. Jangan pikirkan kata menyerah. Tapi pikirkan saja besuk kita pasti bisa berada di puncak itu” tegas diriku sambil menunjuk pucuk Gunung Ungaran. Motivasi dengan gigih aku berikan bersama senior lainnya agar para siswa LDK tetap semangat.
            Pukul 18.30 WIB kami sampai di perumasan, kami langsung berinisiatif mendirikan tenda agar barang bawaan bisa langsung diamankan. Selanjutnya, shalat dan makan malam atau sering disebut dengan ISOMA (Istirahat, shalat, makan).
Seluruh kegiatan di sini diatur oleh waktu yang sangat mendesak, ini untuk melatih kediplinan, kebertanggungjawaban, dan kesiapan mental serta fisik mereka. Ketika makan mereka hanya diberi waktu seratus hitungan untuk menyelesaikan makanannya. Tidak menutup kemungkinan banyak siswa yang tidak sanggup melahap semua makanan. “Sudah kenyang semua?” tanya kak Andri setelah seratus hitungan selesai dilakuakan.
“Siap sudah” jawab siswa serentak.
“Hei Siswa Pipit! Kenapa nasinya tidak dihabiskan. Nasi itu adalah nasi pemberian rakyat. Kalian enak hanya tinggal memakannya. Kalian tidak membayangkan betapa susahnya para petani untuk menghasilkan satu butir nasi ini. Mereka rela bermandi lumpur setiap hari. Apakah kalian tidak kasihan? Oke, sekarang semuanya bantu Siswa Pipit untuk menghabiskan makanannya. Pokoknya saya tidak mau melihat segelintir nasi di piring kalian. Jelas!”
“Siap jelas!” teriak siswa serempak. Walaupun dengan tangisan, siswa pipit yang dibantu teman-temannya langsung melahap nasi yang belum habis.
            Kak andri memang senior yang paling galak diantara senior lainnya. Apabila perintahnya tidak diindahkan. Hukuman berat pasti diterima oleh para siswa. Seperti itulah kurang lebihnya mereka ditempa selama 3 hari dua malam di sini. Metode hitunga cepat jug adipraktekkan dalam kegiatan lainnya. Jadwal padat diberikan senior agar setelah keluar dari LDK ini seluruh siswa LDK benar-benar membawa banyak bekal berharga dan sesegera mungkin bisa mereka praktekkan ilmu yang mereka dapatkan nantinya.
            Sebenarnya, pada malam pertama kami akan langsung melaksanakan pendakian. Namun karena pada malam itu kondisi pasca hujan lebat dan kabut yang tak kunjung hilang. Kak Agusti yang paling berpengalaman dalam hal ini memutuskan untuk menunda pendakian,“Mohon ijin komandan! Malam ini kita semua tidur di perumahan saja, kosongkan tenda untuk menghindari hujan susulan. Pendakian kita lakukan besuk pagi saja mengingat cuaca yang tidak mendukung. Apakah komandan setuju?” Ujar Kak Agusti yang terkenal teguh dengan pendiriannya.
“Baik saya setuju, saya juga melihat kondisi fisik siswa yang sangat buruk. Sangat beresiko jika kita melakukan pendakian malam ini. Provos segera amankan tenda dan siswa, bawa mereka semua ke rumah warga!” aku memerintahkan Danprov Ahmad Fauzi untuk mengkondisikan siswa LDK. Malam itu mereka tidur berdesakan di dalam satu rumah bersama kami para senior. Sebuah situasi yang mendesak mengingat kondisi tenda yang bocor akibat hujan lebat malam itu.
            Pagi hari tiba dan sesuai dengan rencana, kami semua akan melaksanakan pendakian. Para senior pagi itu sedang sibuk mengecek persiapan siswa LDK. Setelah berdoa kita langsung berangkat menuju ke puncak.
“Kira-kira beraja jam untuk kita bisa sampai ke puncak, Kak Agusti?” tanyaku ke Kak Agusti di tengah-tengah perjalanan.
“Kurang lebih dua jam ndan! Jalannya terjal dan berkelok-kelok, jadi kita hati-hati saja.” Jawab Kak Agusti dengan nafas yang tersengal-sengal setelah mencoba menaiki batu besar.
            Nyanyian yel-yel dari siswa LDK dan suasana cerah nan sejuk mengiringi perjalanan kami. kebersamaan para siswa juga luar biasa. Uluran tangan senantiasa dilakukan disepanjang perjalanan. Dengan diselimuti oleh udara dingin. Kami tetap dengan kokoh berjalan menuju ke puncak gunung. Langkah demi langkah. Keringat terus mengalir namun semangat tidak akan pernah tersingkir.
            Sekitar jam sebelas kami berhasil menapakkan kaki di puncak gunung ungaran. Syukur alhamdulillah, tidak ada kesulitan yang berarti saat kami mendaki tadi. Raut muka lelah berubah menjadi sumringah. Tri Wahyu sebagai danton siswa LDK sangat gembira. Tetes air mata tarlihat muncul dan mengalir di wajahnya. Dia kemudian berteriak,“Allahu Akhbar!! Indahnya Indonesiaku. Kita berhasil kawan-kawan. Memang bukan misi yang mudah kalau dibayangkan. Tapi sekarang kita benar-benar berada di puncak. Kita menang. OSPRAMKI SMK Negeri 1 Jambu!!”
“Solidarity Forever Yes...” teriak seluruh siswa LDK dengan semangatnya. Keadaan ini membuat senior terharu tak terkecuali diriku. Semoga semangat ini akan terus melejit dalam diri mereka dalam mengemban tugas dan amanah mereka. Dengan lantang kuberucap,“Seluruhnya dengarkan! Di atas puncak ini kita bernafas, siap menghirup udara segar sesegar masa depan kami. Melepas udara kotor sekotor kegagalan. Kita siap menjadi generasi muda yang takwa, tanggap, tanggon, dan trengginas. SISWA!!”
 “SIAAAAPPP”

  

0 comments:

Post a Comment