Cerpen Motivasi
MIMPI
“MIMPI”, Sebuah kata yang
selalu teringat dalam benak Vino. Dia yakin dengan terus bermimpi, kelak dia
akan menjadi orang besar seperti apa yang telah digambarkan dalam mimpinya. Menurutnya,
mimpi membawanya untuk terus melangkah maju mengikuti arah menjulang setinggi
langit di angkasa. Saat kecil, tergambar sangat indah di dalam mimpinya untuk
menjadi seorang astronot yang kelak akan memijakkan kakinya di luar angkasa
yang sangat luas hasil ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Tetapi, dia hanya bermimpi. Dia
tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk bisa menjadi seorang astronot. Kemudian
dia mulai bertanya-tanya kepada setiap orang bagaimana untuk bisa menjadi
seorang astronot. Dan jawaban dari setiap orang yang akhirnya membuat mimpinya
meredup. Betapa sulit dan mahalnya menjadi seorang astronot, begitu pikirnya
saat itu. Dengan keadaannya saat itu, sangat tidak memungkinkan baginya untuk
menjadi seorang astronot. Apa yang harus dipelajari oleh seorang astronot juga
terasa sulit baginya.
Menginjak usia SMP. Dia mencoba
bermimpi lebih sederhana dengan menjadi seorang pesepakbola profesional di negeri
tercinta, Indonesia. Negara yang sangat menjunjung tinggi olahraga sepak bola
namun miskin akan prestasi sepak bola di kancah dunia. Sepak bola memang
hobinya sejak kecil, namun waktu SD ayahnya tidak mengijinkan Vino untuk
mengikuti SSB (Sekolah Sepak Bola). Akhirnya dia hanya bermain sepak bola
bersama tim kampungnya. Dari kecil dia sudah sering mengikuti pertandingan sepak
bola antar kampung. Dan saat kelas 2 SMP, ayahnya memberikan ijin kepada Vino
untuk mengikuti SSB di kampungnya. Namun ternyata belajar menjadi seorang
pesepakbola professional tidaklah mudah. Banyak teman-temannya ynag sudah
belajar sepak bola dari kecil di SSB dan mereka lebih mahir daripada Vino. Vino
lebih sering mengisi bangku cadangan saat timnya bertanding. Itu berlangsung
sangat lama dan membuat Vino frustasi. Untuk kelas SSB kampung saja dia gagal
bersaing apalagi untuk tingkat nasional pikirnya. Akhirnya dia memutuskan diri
untuk keluar dari SSB sekaligus mengakhiri mimpinya untuk menjadi seorang
pesepakbola professional.
“Mimpi”, kali ini menjadi
menjadi bahan renungan panjang bagi Vino. Sekarang dia sudah hampir lulus SMA.
Dan dia benar-benar kehilangan akal untuk bermimpi kembali. Dia takut untuk
bermimpi kembali. Saat SMA dia hanya mencoba mengikuti apa yang diarahkan oleh
orang tuanya. Namun Vino benar-benar tidak beruntung, orang tua Vino tidak tahu
apa yang sebenarnya dimiliki oleh Vino. Mereka tidak tahu apa kemampuan Vino
sesungguhnya. Pada akhirnya, segala sesuatu yang dilakukan oleh Vino saat
itu terasa seperti dipaksakan. Tidak ada
yang sesuai dengan kata hatinya. Hambar dan mencengkam. Dan ketika itu, muka
muram serta sikap tajam menyelimuti hatinya. Mimpi bukanlah hal yang penting
lagi baginya. Kini, mimpi sudah tidak bisa diandalkan lagi. Dan ini membuat dia
menyadari bagaimana seharusnya orang bermimpi.
Untuk hanya bermimpi saja tidak
cukup. Semua orang bisa berangan-angan dan bermimpi. Namun, sedikit dari mereka
yang bisa mewujudkan mimpinya tersebut. Memang semua berawal dari mimpi. Namun,
itu hanya sebagai awal. Untuk seterusnya usaha dan doa yang harus berperan
hidup. Usaha dan doa pun juga tidak cukup, namun man jadda wa jadda juga sangat
dibutuhkan. Siapa yang sungguh-sungguh, pasti dia akan berhasil. Jadi seperti
itulah penilaian Vino dengan apa yang disebut dengan “MIMPI”.
0 comments:
Post a Comment