Renungan
Demi Keindahan Mereka
Apa yang akan kalian lakukan
ketika jalan ini sudah menemui kebimbangan. Antara pilihan kanan atau pilihan
kiri yang sebenarnya sama-sama mengarah pada masa depan.
Seperti itulah yang sedang aku
renungkan saat ini. Dua jalan yang sebenarnya bukan menjadi pilihanku. Tetapi,
takdir berkata aku harus memilih satu diantara dua hal itu. Dalam hati kecil
akupun ingin menangisi semua ini. Berharap ada keajaiban dari Tuhan yang kian
menghampiri.
Dari dulu, aku selalu berdoa.
Memohon untuk masa depan. Entah sudah sampai mana doa itu terbang. Yang pasti,
aku akan selalu berdoa dan terus menunggu hingga tombol berbunyi membawaku
bersama awan menembus keindahan.
“Berharap”
Setiap orang pasti memiliki
harapan. Banyak yang berharap dan memohon, kembalikan aku ke masa kecilku agar
aku bisa menghapus segala kesalahan yang ada pada diriku. Dan akhirnya yang
ditemui adalah sia-sia. Dan mereka mulai bertanya “mengapa? Mengapa aku
sekarang seperti ini? Tolong aku!”.
Dari kata hati.
Dari kata hati aku bisa melihat
siapa aku ini sebenarnya. Darimana aku ini sebenarnya. Seperti apa aku ini
sebenarnya. Dan mengapa aku jadi seperti ini sebenarnya. Ketika semua itu
berjalan sesuai kata hati. Itupun tak akan menjamin keindahan.
Kata mereka.
Dari mereka aku bisa menjadi apa
yang mereka pikirkan. Aku bisa menjadi apa yang mereka inginkan. aku bisa
menjadi apa yang mereka cita-citakan. Namun, itu juga taka akan menjamin
keterpurukan. Itu juga tak akan menjamin keindahan.
Lalu dimana dan bagaimana aku
meraih keindahan?
Keindahan di masa depan. Ketika
kebiasaan dan lingkungan melawan untuk melihat keindahan. Sampai saat ini aku
terus berjuang. Menggapai apa itu yang dinamakan dengan keindahan. Dengan
mengikuti arus air yang mengalir. Yang setiap langkah penuh kepalsuan. Yang
setiap langkah penuh dengan kata mereka. Jarang ada yang menuruti kata hati. Mungkin
mereka yang teguh mampu berbicara. Namun mereka yang mudah goyah enggan
mengerti lagi apa itu keindahan. Kepalsuan dunia telah mengalahkan. Dan mereka
akan memegang masa depan.
Mengapa arus airku seperti ini?
Dalam rintihan akupun akan terus berjalan
mengikuti arus ini. Dan tangan akan selalu aku kepalkan. Erat menjunjung
impian. Walau itu demi mereka, bukan demi hati ini. Karena aku tahu mereka
lebih membutuhkan aku dan akupun tak menyesal apa yang akan terjadi pada hatiku.
Yang aku cemaskan adalah keindahan. Aku takut tak sanggup menggapai keindahan.
Mereka yang telah menunggu lama diriku. Aku tak ingin mereka kecewa.
Dari ombak, duri, dan batuan ini. Akan
kuterjang tanpa putus harapan. Dengan iringan doa aku berjalan. Hilangkan
segala keburukan dan tanamkan segala kebaikan-Mu Ya Tuhan. Demi mereka, mereka yang mengerti aku dari
hari pertaMa aku ada. Yang memiliku sepenuhnya. Yang selalu aku dengarkan.
Mereka adalah orang tuaku.
0 comments:
Post a Comment