Thursday, 17 April 2014

Renungan

Demi Keindahan Mereka

Apa yang akan kalian lakukan ketika jalan ini sudah menemui kebimbangan. Antara pilihan kanan atau pilihan kiri yang sebenarnya sama-sama mengarah pada masa depan.
Seperti itulah yang sedang aku renungkan saat ini. Dua jalan yang sebenarnya bukan menjadi pilihanku. Tetapi, takdir berkata aku harus memilih satu diantara dua hal itu. Dalam hati kecil akupun ingin menangisi semua ini. Berharap ada keajaiban dari Tuhan yang kian menghampiri.
Dari dulu, aku selalu berdoa. Memohon untuk masa depan. Entah sudah sampai mana doa itu terbang. Yang pasti, aku akan selalu berdoa dan terus menunggu hingga tombol berbunyi membawaku bersama awan menembus keindahan.
“Berharap”
Setiap orang pasti memiliki harapan. Banyak yang berharap dan memohon, kembalikan aku ke masa kecilku agar aku bisa menghapus segala kesalahan yang ada pada diriku. Dan akhirnya yang ditemui adalah sia-sia. Dan mereka mulai bertanya “mengapa? Mengapa aku sekarang seperti ini? Tolong aku!”.
Dari kata hati.
Dari kata hati aku bisa melihat siapa aku ini sebenarnya. Darimana aku ini sebenarnya. Seperti apa aku ini sebenarnya. Dan mengapa aku jadi seperti ini sebenarnya. Ketika semua itu berjalan sesuai kata hati. Itupun tak akan menjamin keindahan.  
Kata mereka.
Dari mereka aku bisa menjadi apa yang mereka pikirkan. Aku bisa menjadi apa yang mereka inginkan. aku bisa menjadi apa yang mereka cita-citakan. Namun, itu juga taka akan menjamin keterpurukan. Itu juga tak akan menjamin keindahan.
Lalu dimana dan bagaimana aku meraih keindahan?
Keindahan di masa depan. Ketika kebiasaan dan lingkungan melawan untuk melihat keindahan. Sampai saat ini aku terus berjuang. Menggapai apa itu yang dinamakan dengan keindahan. Dengan mengikuti arus air yang mengalir. Yang setiap langkah penuh kepalsuan. Yang setiap langkah penuh dengan kata mereka. Jarang ada yang menuruti kata hati. Mungkin mereka yang teguh mampu berbicara. Namun mereka yang mudah goyah enggan mengerti lagi apa itu keindahan. Kepalsuan dunia telah mengalahkan. Dan mereka akan memegang masa depan.
Mengapa arus airku seperti ini?
 Dalam rintihan akupun akan terus berjalan mengikuti arus ini. Dan tangan akan selalu aku kepalkan. Erat menjunjung impian. Walau itu demi mereka, bukan demi hati ini. Karena aku tahu mereka lebih membutuhkan aku dan akupun tak menyesal apa yang akan terjadi pada hatiku. Yang aku cemaskan adalah keindahan. Aku takut tak sanggup menggapai keindahan. Mereka yang telah menunggu lama diriku. Aku tak ingin mereka kecewa.


 Dari ombak, duri, dan batuan ini. Akan kuterjang tanpa putus harapan. Dengan iringan doa aku berjalan. Hilangkan segala keburukan dan tanamkan segala kebaikan-Mu Ya Tuhan.  Demi mereka, mereka yang mengerti aku dari hari pertaMa aku ada. Yang memiliku sepenuhnya. Yang selalu aku dengarkan. Mereka adalah orang tuaku.

0 comments:

Post a Comment