Thursday, 13 February 2014

Cerpen Persahabatan

OVER STUPID

Hal baru mulai gue alami ketika gue terdaftar menjadi salah satu siswa baru SMK Harapan Muda. Hal baru tersebut antara lain: teman sekelas gue yang laki-laki semua, super jahil, suka judi, suka nggak buat PR, dan bangga sekali kalau dibilang anak nakal. Sekolah ini adalah sekolah swasta muda yang baru berumur tiga tahun. Dengan suasana gersang dan hanya ada sedikit pemandangan  yang menarik hati. Karena perbandingan cewek dan cowok di sekolah ini hanyalah 1:10. Memprihatinkan bukan?
                Oh iya kenalin dulu. Kalo dalam kamus gue halaman tujuh belas ribu enam ratus delapan puluh satu, mengatakan bahwa tak kenal maka tak tahu. Gue adalah Gideon Dobhi Wahyudhiarta. Gue adalah orang yang gemar sekali bermain bola. Sempet sih gue bercita-cita menjadi pemain sepak bola, tapi cita-citaku yang satu itu hanyalah setinggi tanah, malah mungkin lebih rendah dari tanah. Gue juga suka bermain alat musik dan ndengerin lagu. Semua jenis lagu genre apapun gue punya, kecuali jazz dan lagu jadul-jadul yang bikin sedih kalau didengerin.  
                Kembali lagi ke cerita. Pada tahun 2011, sekolah gue ditunjuk sebagai petugas PASKIBRA Kecamatan untuk upacara hari kemerdekaan tanggal 17 Agustus. Petugasnya dipilih oleh para  tentara yang datang ke sekolah gue, mereka yang dipilih kebanyakan adalah anak-anak kelas sepuluh dan salah satunya adalah gue.
                Saat itu suasananya adalah pada saat kemah bakti SMK Harapan Muda.
“Perhatian! Untuk seluruh peserta didik SMK Harapan Muda kelas sepuluh harap untuk segera berbaris di lapangan upacara! Saya hitung 10 detik apabila tidak segera hadir akan saya ceburkan ke sawah samping sekolah kalian itu!” teriakkan dari bapak tentara membuat gue dan temen-temen gue lari belepotan menuju lapangan upacara.
“Ayo cepat cepat! Kamu jadi laki-laki kok lembek!” teriak salah satu tentara yang membuat seluruh anak kelas sepuluh yang sedang menjalani agenda kemah tahunan semakin terpontang-panting. Mereka yang hanya menyisakan celana di badan pun harus rela untuk lari dan nggak sempat berpikir untuk memakai baju.
“Gila men! Ini kemah apa mau perang sih?” tanya Ucok temen sekelompok gue.
“Udah lu ikutin aja” jawab gue singkat.
Setelah semuanya berkumpul di lapangan. Salah satu tentara kembali berteriak.
“Pimpinan saya ambil alih semuanya siaaaap grrak! Istirahat di tempat grak!”
“Kira-kira kita mau diapain ya?” bisik Ucok.
“Udah lu diem aja ahh! Atau gue sumbat bibir lu pake celana dalem gue?” balas gue agak keras yang membuat salah satu bapak tentara melangkahkan kakinya menuju ke tempat gue.
“Siapa suruh bicara?” bentak Pak Tentara.
“Ngga ada kok, pak!” jawab Ucok dengan santainya. Sedangkan gue hanya mampu menunduk meratapi apa yang sedang terjadi. “Gila bener ni Ucok. Gampar mati lu.” Pikir gue dalam hati.
“Kalo udah disiapkan itu ya diam. Sikap badan tegap!” himbau Pak Tentara.
“Oke oke pak.” Ucok kembali membalasnya dengan santai dan beruntung dia nggak dimangsa oleh pak tentara.
Kemudian Pak Shindarto, nama bapak tentara yang berada di hadapan kami semua. Dengan sikap gagah nan berwibawanya itu berceramah kepada kami di bawah tiang bendera.
“Hari ini, saya akan memilih para calon anggota paskibra kecamatan. Barangsiapa yang saya tunjuk, nanti langsung maju ke depan, tapi kalau ada yang masih ragu untuk maju ke depan silahkan mundur. Saya hanya berpesan, kalau anda benar-benar ingin jadi orang hebat, jangan mundur sebelum anda mencoba terlebih dahulu! Jelas!”
“Siap jelas!” seru seluruh siswa.
                Mulailah satu per satu dari kami ditunjuk untuk maju di depan barisan semula. Mereka yang dipilih adalah yang berbadan gagah dan tentunya tinggi juga.
“Hey, nama kamu siapa?” tanya Pak Shindarto tepat di depan muka gue.
“Siap! Gideon!” jawab gue dengan lantang. Gue pernah diajari waktu di SMP cara menjawab ala militer. Baris-berbaris juga pernah gue pelajari waktu SMP.
“Gideon, apakah kamu bersedia menjadi anggota paskibra? Kalau mau, silahkan maju ke depan! Ingat, semuanya terserah kepada hati dan pikiran kamu.” Jelas Pak Shindarto.
Tanpa menjawab pertanyaan dari Pak Shindarto, entah kenapa kaki gue langsung membawa gue maju bergabung bersama temen-temen gue di depan. Gue memang suka dengan hal-hal yang baru. Untuk itu paskibra merupakan pengalaman yang baru buat gue dan nggak bakal gue lewatkan begitu saja.
-
Menginjak satu bulan sebelum upacara dilaksanakan. Latihan demi latihan mulai kami jalani dan saat itu adalah tepat pada bulan puasa. Nah, dari paskibra itulah, gue mulai kenal beberapa temen gue yang kebetulan juga suka bermain alat musik.
Saat itu kondisi sedang istirahat dan kami berkumpul bersama di bawah pohon besar. Gue sedang ndengerin musik di handphone gue ditemani Wawan temen gue. Tiba-tiba, salah seorang anggota paskibra datang mendekat ke arah gue dan duduk di samping gue.
“Lagunya tipe-x ya?” tanya salah seorang yang saat itu masih asing buat gue. “Iya bro!” jawab gue singkat.
“Kenalin nama gue Arya.” Arya memulai membuka perkenalan. Dengan wajah tuanya, gue pikir dia adalah kakak kelas gue. Ternyata dia juga masih kelas sepuluh.
“Gue Gideon. Suka sama tipe-x ya, bro?” Gue mencoba membuka percakapan.
“Enggak, Cuma sekedar tahu aja. Kalo gue sukanya sama lagu-lagu pop melayu kayak ST12 gitu! Gue sering nyanyiin di rumah pake gitar kesayangan gue dirumah.” Jelas Arya.
“Suka main gitar juga ya ternyata. Aku juga sering main gitar di rumah. Tapi aku lebih suka lagu-lagu poppunk sih.” Sambung gue. Tidak lama kemudian, teman Arya datang dan duduk di samping Arya.
“Dari mana lu bro?” tanya Arya kepada temannya.
“Dari beli minum. Haus banget men! Lu pengen?” jawab teman Arya dengan muka sedikit menggoda Arya agar membatalkan puasanya.
“Gile lu ndroo. Iman gue kuat men! Ehh Gideon, kenalin ini Satrio, dia juga pinter mainin gitar. Dia ini fans beratnya S.I.D.” jelas Arya kepada gue.
“Nggak nyangka ya! Ternyata banyak orang yang bisa mainin gitar. Gue kira, gue termasuk orang yang beruntung dan berbakat bisa mainin gitar. Ternyata banyak yang bisa kayak gue.”
“Alat musik yang paling mudah dimainin ya gitar ini mas bro! Cuma butuh perasaan, ketenangan, dan sering-sering aja mainin alat ini buat bisa jadi satria bergitar, hehe!” jelas Satrio yang membuat hati gue berfikir akan kata-katanya tadi.
                Mendengar Arya dan Satrio juga bisa mainin alat musik, gue jadi berfikir untuk membuat grup band. Arya dan Satrio bisa megang rhytem, sedangkan gue bass. Walaupun gue belum pernah mainin bass, tapi gue pernah diajari sama om gue bagaimana teknik dasar bermain bass. Mungkin seiring waktu berjalan kalau gue tekun dan semangat pasti gue mudah bisa.
“Eh men! Gimana kalo kita bikin grup band? Arya kan nanti bisa jadi melody, Satrio bisa jadi rhytem. Sedangkan gue nanti yang jadi bassis. Nah, tinggal nyari vokalis sama drummer. Gimana men?”
                Mendengar  hal tersebut. Dua anak manusia itu tidak langsung menjawab pertanyaan gue. Mereka berfikir sejenak kira-kira dua jam untuk sanggup menjawab pertanyaan tersebut. mereka berfikir seperti pak presiden yang sedang memikirkan bencana yang banyak menimpa warganya. Hebat ya?
Dan sampai pada waktunya mereka sanggup menjawab.
“Gimana ya?” sebuah jawaban yang keren dari Arya.
“Nyari drummer sama vokalis itu susah lho!” dan sebuah jawaban yang luar biasa membuat saya bingung dari Satrio. Akhirnya gue menyambungnya dengan kata-kata pasrah.
“Ohh iya emang sih!”  
                Sampai pada puncak permasalahan. Akhirnya Wawan yang dari tadi hanya diam membuta di samping gue akhirnya angkat bicara, dan dia juga sukses memecahkan masalah ini. Wawan berbicara ke gue. “Eiits, lo lupa ya kalau ada gue di sini? Lo pura-pura ngga inget ya kalo gue bisa ngedrum? Yaahh walaupun cuman sedikit-sedikit tapi kalo sering dilatih kan jadi bisa”. Selang beberapa detik Wawan kembali berkata,”Dan lo juga ngga ingat kalo kita juga punya temen yang suaranya merdu bagaikan kembaran Raisa?”
“Ohh iya, Wan! Elo kan dulu pernah ngedrum kan? Walaupun akhirnya gagal manggung karena tangan lo keseleo pas SMP. Tapi siapa sih temen kita yang bisa nyanyi bagus?” gue bertanya ke Wawan dengan sangat penasaran.
“Itu lho si Novia. Masak lu nggak ingat pas dia nyanyi di acara Wasana Warsa SMP sih. Suaranya kan persis Raisa.”
“Oohh Novia, iya bener banget lu! Sungguh beruntung punya temen kayak elu bro! Gue yakin lo bisa jadi drummer handal nanti! Semangat kawan!”
                Akhirnya kita sepakat untuk membentuk sebuah grup band. Nanti siang tinggal menunggu kepastian kalau Novia juga mau ikut bergabung dengan band kami. Tak lama kemudian, Pak tentara memanggil seluruh pasukan paskibra untuk kembali berlatih. Gue langsung beranjak dari tempat duduk dan tidak sabar untuk menunggu waktu siang hari dimana nasib band bentukan gue dipertaruhkan.
                Siang akhirnya tiba dan kami berkumpul di kantin dekat lapangan sekolah. Tanpa berpikir panjang, gue langsung bertanya ke Wawan. “Gimana wan? Novia mau nggak?”
“Tanya sendiri tuh sama anaknya.” Wawan menyuruh gue untuk langsung bertanya ke Novia. Kebetulan Novia juga anggota paskibra kecamatan. Setelah Novia mendekati kami, gue langsung membuka percakapan.
“Halo Novia. Apa kabar?” gue mencoba bosa-basi terlebih dahulu.
“Baik. Kata Wawan gue disuruh ikutan grup band kalian ya?” tanya Novia langsung ke pokok pembicaraan.
“Iya nov. Gimana? Kamu mau nggak?” balas gue ke Novia.
“Sebenarnya sih gue.....” Novia menjawab dengan nada agak ragu. Nampaknya inilah akhir dari band gue yang baru terbentuk tadi pagi.
“Gue apa nov?” tanya gue nggak sabar. Dan jawaban Novia yang sontak membuat kami sangat terkejut.
“Gue mau bangeeet!” jawaban itulah yang membuat gue kembali bersemangat.
“Tapi..” Novia kembali berkata ragu.
“Tapi apa nov?” tanya Wawan.
“Tapi gue... tapi gue... tapi gue.... tapi gue udah ngga sabar lagi buat cepet-cepet latihan sama kalian! Hahaha!” Novia memang pandai bercanda. Sudah dua kali dia membuat jantung gue hampir copot.
                Kemudian kami melanjutkan percakapan hingga sore hari. Kami saling bertukar pikiran lagu apa yang bakalan kami garap nanti. Setelah beberapa lama bercerita, gue jadi tahu apa saja genre musik yang disukai oleh masing-masing teman  gue. Kalau Arya, dia adalah pemuda berwajah tua yang menyukai lagu mellow. Lagu-lagu sedih gitu deh pokoknya. Sedangkan Satrio adalah cowok gagah yang sangat ngefans dengan S.I.D. Cara dia bermain gitarpun juga sama persis dengan gitaris S.I.D. Dia sangat menyukai lagu punk rock. Lanjut ke Wawan, dari tamapangnya berpakaian, sudah kelihatan bahwa dia anak hardcore. Topi hardcore, sepatu hardcore, jaket hardcore, dan kawan-kawan hardcore lainnya. Kalau ada band hardcore manggung di daerah Semarang, dia pasti nggak bakalan absen buat goyang mosphit. Vokalis band Novia, dia sangat suka lagu RnB. Suaranya saja persis Raisa, jadi nggak usah ditanya lagi. Sedangkan gue sendiri, tadi gue udah bilang kalau gue suka sama musik poppunk. Musik penghilang rasa galau karena kejombloan gue dan musik yang mempunyai seni lebih tinggi dibanding musik-musik lainnya menurut gue. Dari genre sudah kelihatan bahwa kita semua berbeda. Tapi ini nggak menyurutkan semangat kita untuk bersatu menuju satu bentukan Band luar biasa.
                Target pertama kita adalah manggung di acara wasana warsa sekolah. Lagu yang bakalan kita garap adalah lagu-lagu jadul yang notabenya mudah untuk dibawain nanti. Lagu pertama dan kedua adalah lagu milik band Cokelat, yang judulnya Karma dan Bendera. Dan lagu terakhir yang bakal kita bawakan adalah lagu milik Killing Me Inside, yaang berjudul Biarlah.
                Latihan pertama akhirnya tiba, kita semua sudah mempersiapkan diri masing-masing sebelumnya. Dari Arya dan Satrio yang sibuk mainin gitar, Novia yang menghafal lagu-lagu, Wawan yang sibuk mukulin ember (maklum dirumah ngga ada drum). Sedangkan gue, gue sebenarnya masih ragu bisa mainin bass apa enggak. Sampailah pada waktunya band kita masuk ke studio untuk pertama kalinya.
“Gimana? Udah siap semua?” tanya gue ke temen-temen.
“Udah dong! Novia udah hafal lagunya?” jawab Satrio yang kemudian bertanya ke Novia. Nampaknya diantara Novia dan Satrio ada sesuatu yang berbeda. Bisa-bisa mereka terjalin cinta lokasi di band ini.
“Udah kok! Yuk ready!”
                Hasil dari latihan bulan pertama cukup memusingkan, latihan bulan kedua juga sama memuleskan. Latihan bulan ketiga ada kemajuan, tetapi masih kurang klop dan banyak masukan-masukan yang bertentangan yang membuat lagunya nggak jadi-jadi. Tanpa disangka, Arya yang jago metik gitar akustik murahan di rumah malah ngga bisa sama bagusnya ketika metik melody di dalam studio. Satrio sudah bagus sama Novia. Kalau Wawan masih kaku, tapi yang lebih kaku lagi adalah gue. Ini adalah pengalaman pertama gue megang bass selama berbulan-bulan dan belum begitu tahu tekniknya. Hasil akhirnya adalah tangan gue yang selama tiga bulan ini bertambah besar karena kapalan.
“Gimana nih men? Wasana warsa tinggal tiga bulan lagi masak kita masih kayak gini. Kirain bakal langsung luar biasa, kalau kayak gini mah kita kalah jauh sama stand up reggae sama blues reggae juga!” Satrio mulai memikirkan nasib band. Dan akhirnya gue dapat ide.
“Udah tenang aja, kita baru aja bersama-sama, genre kita juga beda-beda, kalau gagal ya maklum. Gimana kalau bulan ini nggak usah masuk studio dulu. Kita fokus ngaransemen dulu di rumahnya novia, temuin komposisi yang pas buat kita. Kalau udah mantep baru masuk ke studio. Gimana?”
                Semuanya setuju dengan ide gue. Bulan keempat, band gue latihan di rumah novia, dengan 3 gitar dan beberapa ember untuk Wawan, kita coba menyelaraskan kemampuan kita. Dan bulan kelima kita kembali masuk ke studio.
“YUK READY!!” teriak semuanya.
                Akhirnya ketiga lagu tersebut mampu kita garap. Walaupun dengan versi agak mellow, tetapi gue dan Satrio mencoba bersikap dewasa dengan tetap semangat bawainnya. Cuma Wawan yang kayaknya kurang terima dan kurang puas dengan hasil latihan ini. Gue udah nggak kaku lagi karena setiap hari gue udah latihan bass pake gitar gue. Sedangkan Wawan masih sedikit kaku.
                Wasana warsa tiba dan kita sudah mantab buat manggung. Tinggal satu yang belum siap, kita lupa buat ngasih nama ke band kita apa. Tanpa pikir panjang tercetuslah kata “Over Stupid”. Kita semua setuju dengan nama itu dan langsung daftar ke panitia. Sebenernya nggak tahu sih arti dari nama band kita “Over Stupid”. Yang penting manggung dulu.

“Gimana men! Siap untuk buat kejutan?” tanya Satrio.
“Siap donk!” balas Novia.
“Ehh, tapi Wawan dimana ya? Kok nggak dateng-dateng dari tadi?” suasana berubah menjadi resah ketika gue bertanya dimanakah Wawan. Karena tinggal dia yang belum datang ke acara.
“Nahh itu dia!” teriak Arya. Akhirnya Wawan datang. Tetapi kali ini raut muka dia berbeda dari raut muka kami. Nampaknya dia gugup sekali.
“Ehh bro, lu takut ya?” tanya Gue.
“Sejujurnya gue gugup banget men! Ini acara besar, yang nonton juga temen-temen kita sendiri! Gue takut gagal.” Wawan menjawab dengan rasa pesimisnya.
“Terus gimana? Kita udah nyampe sini. Masak lo mau mundur begitu aja?” jawab Arya dengan nada sedikit marah.
“Kita tunda dulu aja ya! Lo kan tahu sendiri. Gue pas di studio kadang-kadang masih ada salahnya, apalagi di sini.” Jelas Wawan.
“Ayolah wan!” Novia mencoba membujuk.
“Kecewa gue sama lu wan!” Satrio berkata kepada wawan kemudian meninggalkan kami berempat. Dia nampak kesal sekali.
                Wawan akhirnya juga pergi. Sikap dia benar-benar tidak bertanggung jawab sama sekali. Kini tinggal gue, novia, dan arya. Gue bener-bener nggak nyagka kalau ini semua bakalan terjadi.
“Ini beneran nggak sih? Tujuh bulan kita nabung ke studio musik buat latihan musik dan akhirnya harus sia-sia kayak gini.” Kata-kata Novia tersebut juga membuat hati gue sedikit kesal. Selain malu dengan panitia, kita juga rugi beratus-ratus ribu rupiah udah ngabisin uang buat latihan.
                -
                Setelah kegagalan tersebut, kita memutuskan untuk mengakhiri karier band kita yang selama setengah tahun dibuat, belum pernah manggung sama sekali. Kita kembali ke aktivitas kita masing-masing. Menginjak kelas dua, Novia fokus menjadi ketua pradana putri di pramuka sekolah. Arya sekarang berhasil menjabat menjadi komandan kopaski SMK Haapan Muda. Satrio fokus untuk mengikuti kegiatan-kegiatan PMR di sekolah. Wawan sang drummer pesimistis kini bergabung di anggota OSIS SMK, dia berharap setelah masuk OSIS sikapnya yang pesimistis bisa hilang. Dan gue, gue kini lebih mendalami ilmu agama dengan bergabung di organisasi ROHIS (Kerohanian Islam) Al Furqon SMK Harapan Muda.  Di rohis, gue juga nggak lepas dari musik. Gue ikut grup rebana sekolah. Lumayan kalo tampil kemana-mana bisa tambah uang jajan. Tapi sayangnya nggak pernah tampil kemana-mana.
                Novia dan Satrio juga memutuskan untuk mengakhiri masa-masa lajangnya dengan saling memadu kasih alias berpacaran. Mereka pernah kepergok pak guru ketika mau berciuman di toilet.
                Saat itu Novia dan Satrio janjian mau ketemuan di toilet sekolah. Setelah bel istirahat berbunyi, mereka langsung menuju ke tempat sasaran.
“Selamat pagi tuan putriku!” Satrio menyambuut novia dengan nada puitisnya.
“Selamat pagi pangeranku.” Bibir cantik Novia membalas sambutan Satrio.
“Apa kabar?” Satrio dengan perhatiannya menanyakan kabar sang kekasihnya.
Kemudian Novia menjawab pertanyaan Satrio dengan nada lembut nan muka imutnya,“Setelah ketemu kamu. Kabarku jadi luar biasa meskipun tadi kena marah pak guru karena ketahuan lompat dari jendela.”
“Busyettdah, kebiasaan tuan putri emang luar biasa!”
“Hehehe, kalo kamu apa kabar pangeranku?”
“Aku hari ini sedikit merasa sedih tuan putriku!”
“Lohh kenapa?”
“Karena...karena...karena belum dapet ciuman hangat dari tuan putriku sampai siang ini!”
“Iiihhh kamu kebiasaan. Sinisini!”
                Seketika keadaan menjadi hening. Tangan mereka saling bergenggaman. Kepala mereka perlahan-lahan saling berdekatan, dan akhirnya apa yang terjadi?. Sialnya, datang Pak Tarno, guru paling galak di sekolah ini memergoki mereka berdua. Sontak mereka langsung gelagapan. Kemudian Pak Tarno dengan suara lantangnya dan kedua tangan yang ditentengnya, menanyai Satrio dan Novia. “Apa yang kalian lakukan disini? Pegangan tangan segala. Kalian mau berbuat mesum ya?”. Sontak kedatangan Pak Tarno membuat Satrio dan Novia kaget dan segera menjauh satu sama lain. Beruntung Novia adalah cewek yang cerdas sekaligus licik.
“Enggak pak, kita lagi latihan drama buat acara ulang tahun sekolah nanti kok!” Novia menjawab dengan tenang seakan-akan nggak ada hal buruk yang baru saja akan terjadi. Ide licik dia kembali muncul. ”Ehh pak, tadi bapak dicariin sama Bu Kristin lho! Katanya ada sesuatu yang mau dikasihkan ke bapak, spesial katanya! ”.
Bu Kristin adalah guru paling muda sekaligus paling seksi di sekolah ini. Dan kebetulan Pak Tarno sang guru galak nan jadul ini, beliau adalah golongan manusia spesies hidung belang.
“Ohh ya? Terimakasih atas infonya.” Seakan-akan lupa atau memang lupa dengan apa yang sedang terjadi. Pak Tarno langsung tanpa berpikir panjang langsung bergegas pergi mencari Bu Yuli. Inilah sifat-sifat lelaki hidung belang stadium akhir.
“Ahhh legaa, hahaha!” Satrio dan Novia menghembuskan nafas lega mereka.
“Ehhh tunggu dulu!” Pak Tarno kembali lagi.
“Ada apa pak?” Satrio dan Novia mulai gugup kembali.
“Tolong carikan Gideon ya! Bilang saja ditunggu Pak Tarno diruangannya. Sudah itu saja, silahkan lanjutkan latihan dramanya.”
“Ahhhhh ternyata, kirain kita ketahuan, hehe!” Satrio kembali bernafas lega. Novia kembali tertawa geli. Karena Pak Tarno percaya kalau dia dan Satrio sedang berlatih drama. Padahal itu nggak mungkin terjadi. Di sekolah saja sudah tersedia ruangan khusus ekstrakulikuler drama. Jadi nggak diperbolehkan buat latihan di toilet. Seharusnya Pak Tarno tahu hal tersebut.
                Satrio ingat pesan Pak Tarno kalau dia disuruh untuk manggil gue. Dia langsung bergegas menuju ke tempat tongkrongan gue yaitu di kantin Mbak Sarni. Gue suka dan betah banget di kantinnya Mbak Sarni karena masakannya yang enak ditambah keseksian Mbak Sarni yang menjadi nilai plus-plus sebagai tempat jajan dan nongkrong. Guru-guru genit termasuk Pak Tarno juga suka jajan ke warung ini, semoga aja gue besuk kalau punya anak cewek bisa kayak Mbak Sarni. Gampang cari uang tapi nggak gampangan buat diajak gitu-gituan, apalagi sama om-om.
                Satrio akhirnya sampai di kantin dan menemui gue di meja kantin paling depan. Lalu dia berkata dengan nafas masih tersengal-sengal,“Gideon, lu dipanggil Pak Tarno tuh!”. Gue langsung menghentikan aktivitas makan gue dan langsung merespon dengan cepat omongan Satrio.
“Hah, ada apa ya? Bisa gawat ini ketemu sama guru cabul!”
“Gue ngga tahu. Gue Cuma disuruh nyariin elo.”
                Teman gue Ucok ikut berkomentar. “paling-paling Pak Tarno mau minta koleksi video bokep punya lo, men! Haha.”
“Ahhh gile lu, cok!”
“Udah temui aja dulu. Jangan lupa berdoa dan gosok gigi”
“Emangnya mau tidur? Lama-lama gua sambit pake piring lu, cok!”
                Ucok memang temen gue yang paling gokil. Mungkin kalo dia ada satu panggung sama sule, seluruh Indonesia bakal ketawa melihat muka dan tingkah laku mereka yang ngga beda tipis. Sama-sama pinter joget, sama-sama pinter nglawak dan  sama-sama ngga ada hidungnya alias pesek.
                Gue langsung menuju ke ruangannya Pak Tarno. Dari jendela terlihat Pak Tarno sedang duduk dan serius memandang handphone-nya.
“Tok..tok..tok..tok..” gue mengetuk pintu.
“Iya silahkan masuk” jawab Pak Tarno
Gue langsung membuka pintu dan berjalan ke arah meja Pak Tarno,“kata Satrio saya dipanggil bapak. Ada perlu apa ya pak?”
“Gini nak Gideon, saya langsung ke intinya saja. Berhubungan kamu adalah aktivis organisasi di sekolah yang paling mahir dalam bermusik. Saya harap, di acara ulang tahun sekolah nanti. Anggota organisasi baik OSIS, PRAMUKA, ROHIS, KOPASKI, dan PMR. Bisa bersatu dan menyajikan hiburan kesenian yang luar biasa untuk seluruh penonton. Bagaimana? Apakah kamu sanggup menjadi pelopor?” Pak Tarno berkata panjang lebar sambil terus memerhatikan handphone-nya.
“Kenapa nggak diserahin ke pengurus OSIS aja pak?” tanya gue heran.
“Saya percaya sama kamu kalau kamu lebih hebat dari pengurus OSIS. Gimana?”
“Baik pak! Akan saya usahakan semaksimal mungkin.”
                Kemudian gue keluar dari ruangannya Pak Tarno dengan kebingungan yang membayangi otak gue. Gue nggak tahu apa yang harus gue lakuin buat acara besuk. Malam hari gue merenungkan apa yang harus gue lakukan buat acara besuk. Sampai-sampai gue nggak bisa tidur sampai jam 3 pagi. Akibat dari hal tersebut, gue bangun kesiangan dan telat berangkat ke sekolah. Sampai di sekolah, gue langsung ketemu dengan guru BK bersama para siswa yang telat lainnya. Seperti biasa, kita diberi tugas buat memungut sampai satu sekolahan terlebih dahulu sebelum diijinkan masuk ke sekolah.
                Pada saat gue dapat hukuman, gue akhirnya dapat ide untuk mengumpulkan terlebih dahulu perwakilan setiap organisasi untuk mengadakan rapat dadakan. Dan tepat pulang sekolah, kita langsung mengadakan rapat dadakan di ruang OSIS. Di dalam nampak ada Novia dan Risko sebagai perwakilan Pramuka, Arya dan Windy sebagai perwakilan Kopaski, Satrio dan Agnes sebagai PMR, wawan dan Ganar sebagai yang mewakili OSIS, juga gue dan Vivi sebagai perwakilan dari ROHIS. Gue mulai membuka rapat. Sekitar satu jam, akhirnya keputusan dapat diambil.
“Jadi, saya akan membacakan hasil keputusan rapat pada hari ini. Bahwa kelompok organisasi akan mengadakan pagelaran budaya bertemakan “KUASAI SENI, HIDUPKAN BUDAYA KEMBALI”. Diantaranya akan menampilkan drama musikal yang mengedepankan berbagai adat budaya jawa, mulai dari seni karawitan, kuda lumping, dll. Serta budaya jawa yaitu mitoni, sedekah desa, dan lain-lain. Kita akan mulai latihan besuk sepulang sekolah dan dilakukan secara terus-menerus sampai hari H.”
“Maaf, saya ada tambahan!” Arya mengacungkan tangan kanannya.
“iya silahkan.” Gue memberi kesempatan kepada Arya.
“Gimana kalo kita juga membuat grup band biar kita juga bisa ikut berpartisispasi di acara festival band?.”
“Ide bagus” sambung Novia.
“Tapi siapa aja yang bisa?” tanya Vivi.
“Nanti biar gue, Novia, Satrio, Gideon, sama Wawan yang tampil.” Jawab Arya.
“Oohh, grup band yang gagal itu?” sindir Windy.                Tetapi Arya tidak menanggapi serius perkataan Windy.
“Sstt brisik lo! gimana setuju nggak?” tanya Arya.    
“Oke aku setuju.” Jawab gue.
“Aku juga.” Jawab Satrio dan Novia.
“Aimana wan, lo mau nggak? Gue memaklumi kalo dulu lo orangnya pesimistis dan pemalu. Tapi kan sekarang lo udah tenar di OSIS dengan sikap lo yang berubah 180 derajat. Beda kayak dulu! Gimana mau nggak?” Tanya Arya kepada Wawan.
“Sebenernya gue masih kesel sama lo wan! Tapi ini salah satu kesempatan kita buat memperbaiki nama baik Over Stupid! Jadi berharap lo berubah dan tunjukin kalo lo itu emang luar biasa.” Novia menyambung perkataan Arya dan memberi motivasi juga ke Wawan.
“Kalo soal OSIS mah gue emang udah canggih, tapi kalo ngedrum gue udah jarang main.” Wawan masih ragu.
“Jadi kamu masih pesimistis?” tanya gue sedikit menyindir untuk membangkitkan semangat wawan.
“Ayolah bung! Jangan malu-maluin OSIS!” bujuk               Ganar.
“Oke kalo gitu gue setuju, insyaallah kali ini gue janji nggak bakal malu-maluin kalian lagi.” Jawab Wawan tegas.
                Nampaknya setelah Wawan bergabung dalam organisasi OSIS dan sering tampil di depan banyak orang di sekolah. Dia merubah sifatnya 180 derajat. Dia kelihatan jauh lebih optimis sekarang.
                Seluruh anggota organisasi sangat antusias mengikuti latihan setiap pulang sekolah. Mereka tampak begitu optimis dan bisa memuat kejutan di acara nanti. Tidak ada kata lelah buat mereka, yang paling penting adalah kesuksesan penampilan mereka dan pengabdian mereka yang tinggi terhadap sekolah.
Grup band gue juga nggak mau kalah. Akhirnya kami berlima kembali dipersatukan oleh yang Maha Kuasa. Mungkin ini sudah takdir dan sudah waktunya kami untuk membuktikan bahwa kami juga luar biasa. Hanya satu lagu yang nantinya akan dibawakan oleh setiap band. Band gue akan menyanyikan sebuah lagu ciptaan gue sendiri yang sudah dari dulu gue simpan pasca bubarnya band saat acara perpisahan tahun 2012. Beruntunglah lagu ini dengan cepat dapat digarap dengan mudah. Dari hal tersebut gue dapat mengambil kesimpulan. Ternyata nggarap lagu milik sendiri lebih mudah daripada duplikat lagu milik band lain, karena gue tahu jadi diri sendiri itu lebih mudah daripada meniru orang lain.
-
Acara ulang tahun sekolah yang keempat akhirnya tiba. Ini adalah saat-saat yang membanggakan sekaligus mendebarkan. Gue sebut membanggakan karena acara ulang tahun sekolah gue adalah acara yang termasuk paling meriah diantara sekolah-sekolah lain di kota gue. Walaupun muris dari sekolah gue sedikit. Tetapi partisipasi sekolah lain dan masyarakat umum sangat luar biasa. Dibuka dengan tarian daerah, jalan santai, lalu bagii-bagi doorprize, kemudian drama musikal dari organisasi yang membuat para penonton terkesan akan kehadiran SMK Harapan Muda. Walaupun sekolah baru dan dihuni anak-anak nakal, tak bisa dipungkiri kalau jiwa kreatif mereka memang luar biasa.
Setelah istirahat siang, tibalah saatnya untuk acara festival band. Band gue ‘Over Stupid’ tampil di urutan ke-7 dari 20 band yang sudah terdaftar. Sambil menunggu jatah tampil, gue sama temen-temen melakukan pemanasan terlebih dahulu. Kali ini jelas tidak ada yang telat. Semuanya sudah siap termasuk Wawan. Nampaknya kami sangat percaya diri dengan lagu bergenre pop punk yang akan kita bawain. Apalagi disekeliling sekolahan banyak anak-anak penggila pop punk, hard core, dan reggae.
“Gimana udah siapkah semuanya?” tanya gue ke seluruh anggota band.
“Siap nggak siap harus siap! Over Stupid akan membuat mereka semua yang ada disini tergila-gila sama lagu kita! Setuju!” dengan semangat Satrio menjawab pertanyaan gue dengan nada seperti bapak Soekarno saat menyatakan Indonesia merdeka.
“Perlihatkan dunia! Bersiap-siaplah dunia untuk menyambut band kita!” sambung Arya dengan nada lebih semangat.
                Akhirnya nama band gue dipanggil. Gue dan temen-temen langsung membentuk posisi melingkar dan berdoa terlebih dahulu. Dan pada saat itu gue memberi motivasi kepada temen-temen. “Tunjukkan yang menurut kalian terbaik. Yakin dan fokus. Berikan yang terbaik untuk SMK dan band kita. Ini langkah awal kita untuk bisa jadi band profesional. Dilihat banyak orang, banyak pencari bakat, banyak wartawan.”
 “ OVER STUPID!! BISA! BISA! BISA!”
                Teriak seluruh anggota dan kita langsung memijakkan kaki ke panggung berukuran 8 x 6 meter yang didesain se-tradisonal mungkin sebelumnya oleh panitia penyelenggara dari OSIS. Alat musik sudah ditangan kita dan mulailah Over Stupid beraksi di atas panggung.
                Selesai tampil gue sempet hampir meneteskan air mata. Kita semua kembali berpelukan dan mengucap syukur. Akhirnya lagu gue dapat didenger oleh banyak orang dan banyak pula yang menyukainya. Ratusan orang berjoget menikmati lagu gue. Banyak yang nanyain gimana cara download lagu gue tersebut padahal gue belum ngupload lagu gue ke website.
                Akhirnya Over Stupid pada awal tahun awal tahun 2013 memutuskan untuk masuk dapur rekaman dan mempromosikan single pertamanya. Apa yang terjadi? Lagu gue laris dan sering diputer di radio-radio lokal. Over Stupid juga sering diundang tampil di berbagai tempat. Ini menjadi kesibukan baru bagi gue, Arya, Satrio, Novia, dan Wawan. Cita-cita Over Stupid buat jadi band terkenal akhirnya terwujud.



0 comments:

Post a Comment