Cerpen Persahabatan
OVER STUPID
Hal baru mulai gue alami ketika gue terdaftar
menjadi salah satu siswa baru SMK Harapan Muda. Hal baru tersebut antara lain:
teman sekelas gue yang laki-laki semua, super jahil, suka judi, suka nggak buat
PR, dan bangga sekali kalau dibilang anak nakal. Sekolah ini adalah sekolah
swasta muda yang baru berumur tiga tahun. Dengan suasana gersang dan hanya ada
sedikit pemandangan yang menarik hati.
Karena perbandingan cewek dan cowok di sekolah ini hanyalah 1:10.
Memprihatinkan bukan?
Oh iya kenalin
dulu. Kalo dalam kamus gue halaman tujuh belas ribu enam ratus delapan puluh
satu, mengatakan bahwa tak kenal maka tak tahu. Gue adalah Gideon Dobhi
Wahyudhiarta. Gue adalah orang yang gemar sekali bermain bola. Sempet sih gue
bercita-cita menjadi pemain sepak bola, tapi cita-citaku yang satu itu hanyalah
setinggi tanah, malah mungkin lebih rendah dari tanah. Gue juga suka bermain
alat musik dan ndengerin lagu. Semua jenis lagu genre apapun gue punya, kecuali
jazz dan lagu jadul-jadul yang bikin sedih kalau didengerin.
Kembali lagi ke
cerita. Pada tahun 2011, sekolah gue ditunjuk sebagai petugas PASKIBRA
Kecamatan untuk upacara hari kemerdekaan tanggal 17 Agustus. Petugasnya dipilih
oleh para tentara yang datang ke sekolah
gue, mereka yang dipilih kebanyakan adalah anak-anak kelas sepuluh dan salah
satunya adalah gue.
Saat itu
suasananya adalah pada saat kemah bakti SMK Harapan Muda.
“Perhatian! Untuk seluruh peserta didik SMK Harapan Muda kelas sepuluh
harap untuk segera berbaris di lapangan upacara! Saya hitung 10 detik apabila
tidak segera hadir akan saya ceburkan ke sawah samping sekolah kalian itu!”
teriakkan dari bapak tentara membuat gue dan temen-temen gue lari belepotan
menuju lapangan upacara.
“Ayo cepat cepat! Kamu jadi laki-laki kok lembek!” teriak salah satu
tentara yang membuat seluruh anak kelas sepuluh yang sedang menjalani agenda
kemah tahunan semakin terpontang-panting. Mereka yang hanya menyisakan celana
di badan pun harus rela untuk lari dan nggak sempat berpikir untuk memakai
baju.
“Gila men! Ini kemah apa mau perang sih?” tanya Ucok temen sekelompok
gue.
“Udah lu ikutin aja” jawab gue singkat.
Setelah semuanya berkumpul di lapangan. Salah satu
tentara kembali berteriak.
“Pimpinan saya ambil alih semuanya siaaaap grrak! Istirahat di tempat
grak!”
“Kira-kira kita mau diapain ya?” bisik Ucok.
“Udah lu diem aja ahh! Atau gue sumbat bibir lu pake celana dalem gue?”
balas gue agak keras yang membuat salah satu bapak tentara melangkahkan kakinya
menuju ke tempat gue.
“Siapa suruh bicara?” bentak Pak Tentara.
“Ngga ada kok, pak!” jawab Ucok dengan santainya. Sedangkan gue hanya
mampu menunduk meratapi apa yang sedang terjadi. “Gila bener ni Ucok. Gampar
mati lu.” Pikir gue dalam hati.
“Kalo udah disiapkan itu ya diam. Sikap badan tegap!” himbau Pak
Tentara.
“Oke oke pak.” Ucok kembali membalasnya dengan santai dan beruntung dia
nggak dimangsa oleh pak tentara.
Kemudian Pak Shindarto, nama bapak tentara yang
berada di hadapan kami semua. Dengan sikap gagah nan berwibawanya itu
berceramah kepada kami di bawah tiang bendera.
“Hari ini, saya akan memilih para calon anggota paskibra kecamatan.
Barangsiapa yang saya tunjuk, nanti langsung maju ke depan, tapi kalau ada yang
masih ragu untuk maju ke depan silahkan mundur. Saya hanya berpesan, kalau anda
benar-benar ingin jadi orang hebat, jangan mundur sebelum anda mencoba terlebih
dahulu! Jelas!”
“Siap jelas!” seru seluruh siswa.
Mulailah satu per
satu dari kami ditunjuk untuk maju di depan barisan semula. Mereka yang dipilih
adalah yang berbadan gagah dan tentunya tinggi juga.
“Hey, nama kamu siapa?” tanya Pak Shindarto tepat di depan muka gue.
“Siap! Gideon!” jawab gue dengan lantang. Gue pernah diajari waktu di
SMP cara menjawab ala militer. Baris-berbaris juga pernah gue pelajari waktu
SMP.
“Gideon, apakah kamu bersedia menjadi anggota paskibra? Kalau mau,
silahkan maju ke depan! Ingat, semuanya terserah kepada hati dan pikiran kamu.”
Jelas Pak Shindarto.
Tanpa menjawab pertanyaan dari Pak Shindarto, entah
kenapa kaki gue langsung membawa gue maju bergabung bersama temen-temen gue di
depan. Gue memang suka dengan hal-hal yang baru. Untuk itu paskibra merupakan
pengalaman yang baru buat gue dan nggak bakal gue lewatkan begitu saja.
-
Menginjak satu bulan sebelum upacara dilaksanakan. Latihan
demi latihan mulai kami jalani dan saat itu adalah tepat pada bulan puasa. Nah,
dari paskibra itulah, gue mulai kenal beberapa temen gue yang kebetulan juga
suka bermain alat musik.
Saat itu kondisi sedang istirahat dan kami
berkumpul bersama di bawah pohon besar. Gue sedang ndengerin musik di handphone
gue ditemani Wawan temen gue. Tiba-tiba, salah seorang anggota paskibra datang
mendekat ke arah gue dan duduk di samping gue.
“Lagunya tipe-x ya?” tanya salah seorang yang saat itu masih asing
buat gue. “Iya bro!” jawab gue singkat.
“Kenalin nama gue Arya.” Arya memulai membuka perkenalan. Dengan wajah
tuanya, gue pikir dia adalah kakak kelas gue. Ternyata dia juga masih kelas
sepuluh.
“Gue Gideon. Suka sama tipe-x ya, bro?” Gue mencoba membuka
percakapan.
“Enggak, Cuma sekedar tahu aja. Kalo gue sukanya sama lagu-lagu pop
melayu kayak ST12 gitu! Gue sering nyanyiin di rumah pake gitar kesayangan gue
dirumah.” Jelas Arya.
“Suka main gitar juga ya ternyata. Aku juga sering main gitar di
rumah. Tapi aku lebih suka lagu-lagu poppunk sih.” Sambung gue. Tidak lama
kemudian, teman Arya datang dan duduk di samping Arya.
“Dari mana lu bro?” tanya Arya kepada temannya.
“Dari beli minum. Haus banget men! Lu pengen?” jawab teman Arya dengan
muka sedikit menggoda Arya agar membatalkan puasanya.
“Gile lu ndroo. Iman gue kuat men! Ehh Gideon, kenalin ini Satrio, dia
juga pinter mainin gitar. Dia ini fans beratnya S.I.D.” jelas Arya kepada gue.
“Nggak nyangka ya! Ternyata banyak orang yang bisa mainin gitar. Gue
kira, gue termasuk orang yang beruntung dan berbakat bisa mainin gitar.
Ternyata banyak yang bisa kayak gue.”
“Alat musik yang paling mudah dimainin ya gitar ini mas bro! Cuma
butuh perasaan, ketenangan, dan sering-sering aja mainin alat ini buat bisa
jadi satria bergitar, hehe!” jelas Satrio yang membuat hati gue berfikir akan
kata-katanya tadi.
Mendengar Arya
dan Satrio juga bisa mainin alat musik, gue jadi berfikir untuk membuat grup
band. Arya dan Satrio bisa megang rhytem, sedangkan gue bass. Walaupun gue
belum pernah mainin bass, tapi gue pernah diajari sama om gue bagaimana teknik
dasar bermain bass. Mungkin seiring waktu berjalan kalau gue tekun dan semangat
pasti gue mudah bisa.
“Eh men! Gimana kalo kita bikin grup band? Arya kan nanti bisa jadi
melody, Satrio bisa jadi rhytem. Sedangkan gue nanti yang jadi bassis. Nah,
tinggal nyari vokalis sama drummer. Gimana men?”
Mendengar hal tersebut. Dua anak manusia itu tidak
langsung menjawab pertanyaan gue. Mereka berfikir sejenak kira-kira dua jam
untuk sanggup menjawab pertanyaan tersebut. mereka berfikir seperti pak
presiden yang sedang memikirkan bencana yang banyak menimpa warganya. Hebat ya?
Dan sampai pada waktunya mereka sanggup menjawab.
“Gimana ya?” sebuah jawaban yang keren dari Arya.
“Nyari drummer sama vokalis itu susah lho!” dan sebuah jawaban yang
luar biasa membuat saya bingung dari Satrio. Akhirnya gue menyambungnya dengan
kata-kata pasrah.
“Ohh iya emang sih!”
Sampai pada
puncak permasalahan. Akhirnya Wawan yang dari tadi hanya diam membuta di samping
gue akhirnya angkat bicara, dan dia juga sukses memecahkan masalah ini. Wawan
berbicara ke gue. “Eiits, lo lupa ya kalau ada gue di sini? Lo pura-pura ngga
inget ya kalo gue bisa ngedrum? Yaahh walaupun cuman sedikit-sedikit tapi kalo
sering dilatih kan jadi bisa”. Selang beberapa detik Wawan kembali berkata,”Dan
lo juga ngga ingat kalo kita juga punya temen yang suaranya merdu bagaikan
kembaran Raisa?”
“Ohh iya, Wan! Elo kan dulu pernah ngedrum kan? Walaupun akhirnya
gagal manggung karena tangan lo keseleo pas SMP. Tapi siapa sih temen kita yang
bisa nyanyi bagus?” gue bertanya ke Wawan dengan sangat penasaran.
“Itu lho si Novia. Masak lu nggak ingat pas dia nyanyi di acara Wasana
Warsa SMP sih. Suaranya kan persis Raisa.”
“Oohh Novia, iya bener banget lu! Sungguh beruntung punya temen kayak
elu bro! Gue yakin lo bisa jadi drummer handal nanti! Semangat kawan!”
Akhirnya kita
sepakat untuk membentuk sebuah grup band. Nanti siang tinggal menunggu
kepastian kalau Novia juga mau ikut bergabung dengan band kami. Tak lama
kemudian, Pak tentara memanggil seluruh pasukan paskibra untuk kembali
berlatih. Gue langsung beranjak dari tempat duduk dan tidak sabar untuk
menunggu waktu siang hari dimana nasib band bentukan gue dipertaruhkan.
Siang akhirnya tiba
dan kami berkumpul di kantin dekat lapangan sekolah. Tanpa berpikir panjang,
gue langsung bertanya ke Wawan. “Gimana wan? Novia mau nggak?”
“Tanya sendiri tuh sama anaknya.” Wawan menyuruh gue untuk langsung
bertanya ke Novia. Kebetulan Novia juga anggota paskibra kecamatan. Setelah
Novia mendekati kami, gue langsung membuka percakapan.
“Halo Novia. Apa kabar?” gue mencoba bosa-basi terlebih dahulu.
“Baik. Kata Wawan gue disuruh ikutan grup band kalian ya?” tanya Novia
langsung ke pokok pembicaraan.
“Iya nov. Gimana? Kamu mau nggak?” balas gue ke Novia.
“Sebenarnya sih gue.....” Novia menjawab dengan nada agak ragu.
Nampaknya inilah akhir dari band gue yang baru terbentuk tadi pagi.
“Gue apa nov?” tanya gue nggak sabar. Dan jawaban Novia yang sontak membuat
kami sangat terkejut.
“Gue mau bangeeet!” jawaban itulah yang membuat gue kembali
bersemangat.
“Tapi..” Novia kembali berkata ragu.
“Tapi apa nov?” tanya Wawan.
“Tapi gue... tapi gue... tapi gue.... tapi gue udah ngga sabar lagi
buat cepet-cepet latihan sama kalian! Hahaha!” Novia memang pandai bercanda.
Sudah dua kali dia membuat jantung gue hampir copot.
Kemudian kami
melanjutkan percakapan hingga sore hari. Kami saling bertukar pikiran lagu apa
yang bakalan kami garap nanti. Setelah beberapa lama bercerita, gue jadi tahu
apa saja genre musik yang disukai oleh masing-masing teman gue. Kalau Arya, dia adalah pemuda berwajah
tua yang menyukai lagu mellow. Lagu-lagu sedih gitu deh pokoknya. Sedangkan
Satrio adalah cowok gagah yang sangat ngefans dengan S.I.D. Cara dia bermain
gitarpun juga sama persis dengan gitaris S.I.D. Dia sangat menyukai lagu punk
rock. Lanjut ke Wawan, dari tamapangnya berpakaian, sudah kelihatan bahwa dia
anak hardcore. Topi hardcore, sepatu hardcore, jaket hardcore, dan kawan-kawan
hardcore lainnya. Kalau ada band hardcore manggung di daerah Semarang, dia
pasti nggak bakalan absen buat goyang mosphit. Vokalis band Novia, dia sangat
suka lagu RnB. Suaranya saja persis Raisa, jadi nggak usah ditanya lagi.
Sedangkan gue sendiri, tadi gue udah bilang kalau gue suka sama musik poppunk.
Musik penghilang rasa galau karena kejombloan gue dan musik yang mempunyai seni
lebih tinggi dibanding musik-musik lainnya menurut gue. Dari genre sudah
kelihatan bahwa kita semua berbeda. Tapi ini nggak menyurutkan semangat kita
untuk bersatu menuju satu bentukan Band luar biasa.
Target pertama
kita adalah manggung di acara wasana warsa sekolah. Lagu yang bakalan kita
garap adalah lagu-lagu jadul yang notabenya mudah untuk dibawain nanti. Lagu
pertama dan kedua adalah lagu milik band Cokelat, yang judulnya Karma dan
Bendera. Dan lagu terakhir yang bakal kita bawakan adalah lagu milik Killing Me
Inside, yaang berjudul Biarlah.
Latihan pertama
akhirnya tiba, kita semua sudah mempersiapkan diri masing-masing sebelumnya.
Dari Arya dan Satrio yang sibuk mainin gitar, Novia yang menghafal lagu-lagu,
Wawan yang sibuk mukulin ember (maklum dirumah ngga ada drum). Sedangkan gue,
gue sebenarnya masih ragu bisa mainin bass apa enggak. Sampailah pada waktunya
band kita masuk ke studio untuk pertama kalinya.
“Gimana? Udah siap semua?” tanya gue ke temen-temen.
“Udah dong! Novia udah hafal lagunya?” jawab Satrio yang kemudian
bertanya ke Novia. Nampaknya diantara Novia dan Satrio ada sesuatu yang
berbeda. Bisa-bisa mereka terjalin cinta lokasi di band ini.
“Udah kok! Yuk ready!”
Hasil dari latihan
bulan pertama cukup memusingkan, latihan bulan kedua juga sama memuleskan.
Latihan bulan ketiga ada kemajuan, tetapi masih kurang klop dan banyak
masukan-masukan yang bertentangan yang membuat lagunya nggak jadi-jadi. Tanpa
disangka, Arya yang jago metik gitar akustik murahan di rumah malah ngga bisa
sama bagusnya ketika metik melody di dalam studio. Satrio sudah bagus sama
Novia. Kalau Wawan masih kaku, tapi yang lebih kaku lagi adalah gue. Ini adalah
pengalaman pertama gue megang bass selama berbulan-bulan dan belum begitu tahu
tekniknya. Hasil akhirnya adalah tangan gue yang selama tiga bulan ini bertambah
besar karena kapalan.
“Gimana nih men? Wasana warsa tinggal tiga bulan lagi masak kita masih
kayak gini. Kirain bakal langsung luar biasa, kalau kayak gini mah kita kalah
jauh sama stand up reggae sama blues reggae juga!” Satrio mulai memikirkan
nasib band. Dan akhirnya gue dapat ide.
“Udah tenang aja, kita baru aja bersama-sama, genre kita juga
beda-beda, kalau gagal ya maklum. Gimana kalau bulan ini nggak usah masuk
studio dulu. Kita fokus ngaransemen dulu di rumahnya novia, temuin komposisi
yang pas buat kita. Kalau udah mantep baru masuk ke studio. Gimana?”
Semuanya setuju
dengan ide gue. Bulan keempat, band gue latihan di rumah novia, dengan 3 gitar
dan beberapa ember untuk Wawan, kita coba menyelaraskan kemampuan kita. Dan
bulan kelima kita kembali masuk ke studio.
“YUK READY!!” teriak semuanya.
Akhirnya ketiga
lagu tersebut mampu kita garap. Walaupun dengan versi agak mellow, tetapi gue
dan Satrio mencoba bersikap dewasa dengan tetap semangat bawainnya. Cuma Wawan
yang kayaknya kurang terima dan kurang puas dengan hasil latihan ini. Gue udah
nggak kaku lagi karena setiap hari gue udah latihan bass pake gitar gue.
Sedangkan Wawan masih sedikit kaku.
Wasana warsa tiba
dan kita sudah mantab buat manggung. Tinggal satu yang belum siap, kita lupa
buat ngasih nama ke band kita apa. Tanpa pikir panjang tercetuslah kata “Over
Stupid”. Kita semua setuju dengan nama itu dan langsung daftar ke panitia.
Sebenernya nggak tahu sih arti dari nama band kita “Over Stupid”. Yang penting
manggung dulu.
“Gimana men! Siap untuk buat kejutan?” tanya Satrio.
“Siap donk!” balas Novia.
“Ehh, tapi Wawan dimana ya? Kok nggak dateng-dateng dari tadi?”
suasana berubah menjadi resah ketika gue bertanya dimanakah Wawan. Karena
tinggal dia yang belum datang ke acara.
“Nahh itu dia!” teriak Arya. Akhirnya Wawan datang. Tetapi kali ini
raut muka dia berbeda dari raut muka kami. Nampaknya dia gugup sekali.
“Ehh bro, lu takut ya?” tanya Gue.
“Sejujurnya gue gugup banget men! Ini acara besar, yang nonton juga
temen-temen kita sendiri! Gue takut gagal.” Wawan menjawab dengan rasa
pesimisnya.
“Terus gimana? Kita udah nyampe sini. Masak lo mau mundur begitu aja?”
jawab Arya dengan nada sedikit marah.
“Kita tunda dulu aja ya! Lo kan tahu sendiri. Gue pas di studio
kadang-kadang masih ada salahnya, apalagi di sini.” Jelas Wawan.
“Ayolah wan!” Novia mencoba membujuk.
“Kecewa gue sama lu wan!” Satrio berkata kepada wawan kemudian
meninggalkan kami berempat. Dia nampak kesal sekali.
Wawan akhirnya
juga pergi. Sikap dia benar-benar tidak bertanggung jawab sama sekali. Kini
tinggal gue, novia, dan arya. Gue bener-bener nggak nyagka kalau ini semua
bakalan terjadi.
“Ini beneran nggak sih? Tujuh bulan kita nabung ke studio musik buat
latihan musik dan akhirnya harus sia-sia kayak gini.” Kata-kata Novia tersebut
juga membuat hati gue sedikit kesal. Selain malu dengan panitia, kita juga rugi
beratus-ratus ribu rupiah udah ngabisin uang buat latihan.
-
Setelah kegagalan
tersebut, kita memutuskan untuk mengakhiri karier band kita yang selama
setengah tahun dibuat, belum pernah manggung sama sekali. Kita kembali ke
aktivitas kita masing-masing. Menginjak kelas dua, Novia fokus menjadi ketua
pradana putri di pramuka sekolah. Arya sekarang berhasil menjabat menjadi
komandan kopaski SMK Haapan Muda. Satrio fokus untuk mengikuti
kegiatan-kegiatan PMR di sekolah. Wawan sang drummer pesimistis kini bergabung di
anggota OSIS SMK, dia berharap setelah masuk OSIS sikapnya yang pesimistis bisa
hilang. Dan gue, gue kini lebih mendalami ilmu agama dengan bergabung di
organisasi ROHIS (Kerohanian Islam) Al Furqon SMK Harapan Muda. Di rohis, gue juga nggak lepas dari musik.
Gue ikut grup rebana sekolah. Lumayan kalo tampil kemana-mana bisa tambah uang
jajan. Tapi sayangnya nggak pernah tampil kemana-mana.
Novia dan Satrio
juga memutuskan untuk mengakhiri masa-masa lajangnya dengan saling memadu kasih
alias berpacaran. Mereka pernah kepergok pak guru ketika mau berciuman di
toilet.
Saat itu Novia
dan Satrio janjian mau ketemuan di toilet sekolah. Setelah bel istirahat
berbunyi, mereka langsung menuju ke tempat sasaran.
“Selamat pagi tuan putriku!” Satrio menyambuut novia dengan nada
puitisnya.
“Selamat pagi pangeranku.” Bibir cantik Novia membalas sambutan
Satrio.
“Apa kabar?” Satrio dengan perhatiannya menanyakan kabar sang
kekasihnya.
Kemudian Novia menjawab pertanyaan Satrio dengan nada lembut nan muka
imutnya,“Setelah ketemu kamu. Kabarku jadi luar biasa meskipun tadi kena marah
pak guru karena ketahuan lompat dari jendela.”
“Busyettdah, kebiasaan tuan putri emang luar biasa!”
“Hehehe, kalo kamu apa kabar pangeranku?”
“Aku hari ini sedikit merasa sedih tuan putriku!”
“Lohh kenapa?”
“Karena...karena...karena belum dapet ciuman hangat dari tuan putriku
sampai siang ini!”
“Iiihhh kamu kebiasaan. Sinisini!”
Seketika keadaan
menjadi hening. Tangan mereka saling bergenggaman. Kepala mereka perlahan-lahan
saling berdekatan, dan akhirnya apa yang terjadi?. Sialnya, datang Pak Tarno,
guru paling galak di sekolah ini memergoki mereka berdua. Sontak mereka
langsung gelagapan. Kemudian Pak Tarno dengan suara lantangnya dan kedua tangan
yang ditentengnya, menanyai Satrio dan Novia. “Apa yang kalian lakukan disini?
Pegangan tangan segala. Kalian mau berbuat mesum ya?”. Sontak kedatangan Pak
Tarno membuat Satrio dan Novia kaget dan segera menjauh satu sama lain.
Beruntung Novia adalah cewek yang cerdas sekaligus licik.
“Enggak pak, kita lagi latihan drama buat acara ulang tahun sekolah
nanti kok!” Novia menjawab dengan tenang seakan-akan nggak ada hal buruk yang
baru saja akan terjadi. Ide licik dia kembali muncul. ”Ehh pak, tadi bapak
dicariin sama Bu Kristin lho! Katanya ada sesuatu yang mau dikasihkan ke bapak,
spesial katanya! ”.
Bu Kristin adalah guru paling muda sekaligus paling
seksi di sekolah ini. Dan kebetulan Pak Tarno sang guru galak nan jadul ini,
beliau adalah golongan manusia spesies hidung belang.
“Ohh ya? Terimakasih atas infonya.” Seakan-akan lupa atau memang lupa
dengan apa yang sedang terjadi. Pak Tarno langsung tanpa berpikir panjang
langsung bergegas pergi mencari Bu Yuli. Inilah sifat-sifat lelaki hidung
belang stadium akhir.
“Ahhh legaa, hahaha!” Satrio dan Novia menghembuskan nafas lega
mereka.
“Ehhh tunggu dulu!” Pak Tarno kembali lagi.
“Ada apa pak?” Satrio dan Novia mulai gugup kembali.
“Tolong carikan Gideon ya! Bilang saja ditunggu Pak Tarno
diruangannya. Sudah itu saja, silahkan lanjutkan latihan dramanya.”
“Ahhhhh ternyata, kirain kita ketahuan, hehe!” Satrio kembali bernafas
lega. Novia kembali tertawa geli. Karena Pak Tarno percaya kalau dia dan Satrio
sedang berlatih drama. Padahal itu nggak mungkin terjadi. Di sekolah saja sudah
tersedia ruangan khusus ekstrakulikuler drama. Jadi nggak diperbolehkan buat
latihan di toilet. Seharusnya Pak Tarno tahu hal tersebut.
Satrio ingat
pesan Pak Tarno kalau dia disuruh untuk manggil gue. Dia langsung bergegas
menuju ke tempat tongkrongan gue yaitu di kantin Mbak Sarni. Gue suka dan betah
banget di kantinnya Mbak Sarni karena masakannya yang enak ditambah keseksian
Mbak Sarni yang menjadi nilai plus-plus sebagai tempat jajan dan nongkrong.
Guru-guru genit termasuk Pak Tarno juga suka jajan ke warung ini, semoga aja
gue besuk kalau punya anak cewek bisa kayak Mbak Sarni. Gampang cari uang tapi
nggak gampangan buat diajak gitu-gituan, apalagi sama om-om.
Satrio akhirnya
sampai di kantin dan menemui gue di meja kantin paling depan. Lalu dia berkata
dengan nafas masih tersengal-sengal,“Gideon, lu dipanggil Pak Tarno tuh!”. Gue
langsung menghentikan aktivitas makan gue dan langsung merespon dengan cepat
omongan Satrio.
“Hah, ada apa ya? Bisa gawat ini ketemu sama guru cabul!”
“Gue ngga tahu. Gue Cuma disuruh nyariin elo.”
Teman gue Ucok
ikut berkomentar. “paling-paling Pak Tarno mau minta koleksi video bokep punya
lo, men! Haha.”
“Ahhh gile lu, cok!”
“Udah temui aja dulu. Jangan lupa berdoa dan gosok gigi”
“Emangnya mau tidur? Lama-lama gua sambit pake piring lu, cok!”
Ucok memang temen
gue yang paling gokil. Mungkin kalo dia ada satu panggung sama sule, seluruh
Indonesia bakal ketawa melihat muka dan tingkah laku mereka yang ngga beda
tipis. Sama-sama pinter joget, sama-sama pinter nglawak dan sama-sama ngga ada hidungnya alias pesek.
Gue langsung
menuju ke ruangannya Pak Tarno. Dari jendela terlihat Pak Tarno sedang duduk
dan serius memandang handphone-nya.
“Tok..tok..tok..tok..” gue mengetuk pintu.
“Iya silahkan masuk” jawab Pak Tarno
Gue langsung membuka pintu dan berjalan ke arah
meja Pak Tarno,“kata Satrio saya dipanggil bapak. Ada perlu apa ya pak?”
“Gini nak Gideon, saya langsung ke intinya saja. Berhubungan kamu
adalah aktivis organisasi di sekolah yang paling mahir dalam bermusik. Saya
harap, di acara ulang tahun sekolah nanti. Anggota organisasi baik OSIS,
PRAMUKA, ROHIS, KOPASKI, dan PMR. Bisa bersatu dan menyajikan hiburan kesenian
yang luar biasa untuk seluruh penonton. Bagaimana? Apakah kamu sanggup menjadi
pelopor?” Pak Tarno berkata panjang lebar sambil terus memerhatikan
handphone-nya.
“Kenapa nggak diserahin ke pengurus OSIS aja pak?” tanya gue heran.
“Saya percaya sama kamu kalau kamu lebih hebat dari pengurus OSIS.
Gimana?”
“Baik pak! Akan saya usahakan semaksimal mungkin.”
Kemudian gue
keluar dari ruangannya Pak Tarno dengan kebingungan yang membayangi otak gue.
Gue nggak tahu apa yang harus gue lakuin buat acara besuk. Malam hari gue
merenungkan apa yang harus gue lakukan buat acara besuk. Sampai-sampai gue
nggak bisa tidur sampai jam 3 pagi. Akibat dari hal tersebut, gue bangun
kesiangan dan telat berangkat ke sekolah. Sampai di sekolah, gue langsung
ketemu dengan guru BK bersama para siswa yang telat lainnya. Seperti biasa,
kita diberi tugas buat memungut sampai satu sekolahan terlebih dahulu sebelum
diijinkan masuk ke sekolah.
Pada saat gue
dapat hukuman, gue akhirnya dapat ide untuk mengumpulkan terlebih dahulu
perwakilan setiap organisasi untuk mengadakan rapat dadakan. Dan tepat pulang
sekolah, kita langsung mengadakan rapat dadakan di ruang OSIS. Di dalam nampak
ada Novia dan Risko sebagai perwakilan Pramuka, Arya dan Windy sebagai
perwakilan Kopaski, Satrio dan Agnes sebagai PMR, wawan dan Ganar sebagai yang
mewakili OSIS, juga gue dan Vivi sebagai perwakilan dari ROHIS. Gue mulai
membuka rapat. Sekitar satu jam, akhirnya keputusan dapat diambil.
“Jadi, saya akan membacakan hasil keputusan rapat pada hari ini. Bahwa
kelompok organisasi akan mengadakan pagelaran budaya bertemakan “KUASAI SENI,
HIDUPKAN BUDAYA KEMBALI”. Diantaranya akan menampilkan drama musikal yang
mengedepankan berbagai adat budaya jawa, mulai dari seni karawitan, kuda
lumping, dll. Serta budaya jawa yaitu mitoni, sedekah desa, dan lain-lain. Kita
akan mulai latihan besuk sepulang sekolah dan dilakukan secara terus-menerus
sampai hari H.”
“Maaf, saya ada tambahan!” Arya mengacungkan tangan kanannya.
“iya silahkan.” Gue memberi kesempatan kepada Arya.
“Gimana kalo kita juga membuat grup band biar kita juga bisa ikut
berpartisispasi di acara festival band?.”
“Ide bagus” sambung Novia.
“Tapi siapa aja yang bisa?” tanya Vivi.
“Nanti biar gue, Novia, Satrio, Gideon, sama Wawan yang tampil.” Jawab
Arya.
“Oohh, grup band yang gagal itu?” sindir Windy. Tetapi Arya tidak menanggapi serius perkataan Windy.
“Sstt brisik lo! gimana setuju nggak?” tanya Arya.
“Oke aku setuju.” Jawab gue.
“Aku juga.” Jawab Satrio dan Novia.
“Aimana wan, lo mau nggak? Gue memaklumi kalo dulu lo orangnya pesimistis
dan pemalu. Tapi kan sekarang lo udah tenar di OSIS dengan sikap lo yang
berubah 180 derajat. Beda kayak dulu! Gimana mau nggak?” Tanya Arya kepada
Wawan.
“Sebenernya gue masih kesel sama lo wan! Tapi ini salah satu
kesempatan kita buat memperbaiki nama baik Over Stupid! Jadi berharap lo
berubah dan tunjukin kalo lo itu emang luar biasa.” Novia menyambung perkataan
Arya dan memberi motivasi juga ke Wawan.
“Kalo soal OSIS mah gue emang udah canggih, tapi kalo ngedrum gue udah
jarang main.” Wawan masih ragu.
“Jadi kamu masih pesimistis?” tanya gue sedikit menyindir untuk
membangkitkan semangat wawan.
“Ayolah bung! Jangan malu-maluin OSIS!” bujuk Ganar.
“Oke kalo gitu gue setuju, insyaallah kali ini gue janji nggak bakal
malu-maluin kalian lagi.” Jawab Wawan tegas.
Nampaknya setelah Wawan bergabung dalam organisasi
OSIS dan sering tampil di depan banyak orang di sekolah. Dia merubah sifatnya
180 derajat. Dia kelihatan jauh lebih optimis sekarang.
Seluruh anggota
organisasi sangat antusias mengikuti latihan setiap pulang sekolah. Mereka
tampak begitu optimis dan bisa memuat kejutan di acara nanti. Tidak ada kata
lelah buat mereka, yang paling penting adalah kesuksesan penampilan mereka dan
pengabdian mereka yang tinggi terhadap sekolah.
Grup band gue juga nggak mau kalah. Akhirnya kami
berlima kembali dipersatukan oleh yang Maha Kuasa. Mungkin ini sudah takdir dan
sudah waktunya kami untuk membuktikan bahwa kami juga luar biasa. Hanya satu
lagu yang nantinya akan dibawakan oleh setiap band. Band gue akan menyanyikan
sebuah lagu ciptaan gue sendiri yang sudah dari dulu gue simpan pasca bubarnya
band saat acara perpisahan tahun 2012. Beruntunglah lagu ini dengan cepat dapat
digarap dengan mudah. Dari hal tersebut gue dapat mengambil kesimpulan.
Ternyata nggarap lagu milik sendiri lebih mudah daripada duplikat lagu milik
band lain, karena gue tahu jadi diri sendiri itu lebih mudah daripada meniru
orang lain.
-
Acara ulang tahun sekolah yang keempat akhirnya
tiba. Ini adalah saat-saat yang membanggakan sekaligus mendebarkan. Gue sebut
membanggakan karena acara ulang tahun sekolah gue adalah acara yang termasuk
paling meriah diantara sekolah-sekolah lain di kota gue. Walaupun muris dari
sekolah gue sedikit. Tetapi partisipasi sekolah lain dan masyarakat umum sangat
luar biasa. Dibuka dengan tarian daerah, jalan santai, lalu bagii-bagi
doorprize, kemudian drama musikal dari organisasi yang membuat para penonton
terkesan akan kehadiran SMK Harapan Muda. Walaupun sekolah baru dan dihuni
anak-anak nakal, tak bisa dipungkiri kalau jiwa kreatif mereka memang luar
biasa.
Setelah istirahat siang, tibalah saatnya untuk
acara festival band. Band gue ‘Over Stupid’ tampil di urutan ke-7 dari 20 band
yang sudah terdaftar. Sambil menunggu jatah tampil, gue sama temen-temen
melakukan pemanasan terlebih dahulu. Kali ini jelas tidak ada yang telat. Semuanya
sudah siap termasuk Wawan. Nampaknya kami sangat percaya diri dengan lagu
bergenre pop punk yang akan kita bawain. Apalagi disekeliling sekolahan banyak
anak-anak penggila pop punk, hard core, dan reggae.
“Gimana udah siapkah semuanya?” tanya gue ke seluruh anggota band.
“Siap nggak siap harus siap! Over Stupid akan membuat mereka semua
yang ada disini tergila-gila sama lagu kita! Setuju!” dengan semangat Satrio
menjawab pertanyaan gue dengan nada seperti bapak Soekarno saat menyatakan
Indonesia merdeka.
“Perlihatkan dunia! Bersiap-siaplah dunia untuk menyambut band kita!”
sambung Arya dengan nada lebih semangat.
Akhirnya nama
band gue dipanggil. Gue dan temen-temen langsung membentuk posisi melingkar dan
berdoa terlebih dahulu. Dan pada saat itu gue memberi motivasi kepada
temen-temen. “Tunjukkan yang menurut kalian terbaik. Yakin dan fokus. Berikan
yang terbaik untuk SMK dan band kita. Ini langkah awal kita untuk bisa jadi
band profesional. Dilihat banyak orang, banyak pencari bakat, banyak wartawan.”
“ OVER STUPID!! BISA! BISA!
BISA!”
Teriak seluruh
anggota dan kita langsung memijakkan kaki ke panggung berukuran 8 x 6 meter
yang didesain se-tradisonal mungkin sebelumnya oleh panitia penyelenggara dari
OSIS. Alat musik sudah ditangan kita dan mulailah Over Stupid beraksi di atas
panggung.
Selesai tampil
gue sempet hampir meneteskan air mata. Kita semua kembali berpelukan dan
mengucap syukur. Akhirnya lagu gue dapat didenger oleh banyak orang dan banyak
pula yang menyukainya. Ratusan orang berjoget menikmati lagu gue. Banyak yang
nanyain gimana cara download lagu gue tersebut padahal gue belum ngupload lagu
gue ke website.
Akhirnya Over
Stupid pada awal tahun awal tahun 2013 memutuskan untuk masuk dapur rekaman dan
mempromosikan single pertamanya. Apa yang terjadi? Lagu gue laris dan sering
diputer di radio-radio lokal. Over Stupid juga sering diundang tampil di
berbagai tempat. Ini menjadi kesibukan baru bagi gue, Arya, Satrio, Novia, dan
Wawan. Cita-cita Over Stupid buat jadi band terkenal akhirnya terwujud.
0 comments:
Post a Comment